Kaki Kanan, si Partner Belajar

 

Alhamdulillah bisa menuliskan ini. Semoga menjejak soal pikiran dan perasaan saya yang masih terus berproses.

Kemarin pagi, saat majengan (bantu2 di uwa yang mau syukuran) Saya Menginjak keramik dan langsung pecah. Pecahannya rupanya mengenai jari jemari kaki kanan. Hal yang ga nyaman justru saat Alya menyaksikan semua itu, menyaksikan bagaimana darah mengucur dari kaki ke lantai. Menyaksikan bagaimana emaknya mengalami hal yang kurang nyaman. 

Sambil menahan rasa nano nano itu, saya berucap alhamdulillah namun air mata menetes merasakan nyeri yang keren saat air alkohol disiramkan ke luka. 

"Kenapa pake alkohol, periiih, cari getah pisang aja!" Dan uti ulis pun langsung nyari getah batang pisang, tapi ga sebentar, kenapa ga datang-datang. Pas datang, si batang pisang itu ga ada getahnya. Wessslah, siram lagi pake betadine. 

Sungguh keren sekali suasana pagi itu. Alya dan Qia menyaksikan semua insiden itu. Pandangannya tak mau lepas dari kaki yang saya tiup-tiup. Alya hanya melihat, gak nangis. Tapi saya terus bertanya, seperti apakah perasaannya saat itu?

Kemudian ada rasa bersalah, kok belum bisa ya saat seperti ini saya sabar di tumbukan pertama. Masih shock sama darah, dan ga tenang. Tapi Alhamdulillah Bunda Romi menenangkan dengan pesannya.

"Gak papa gak ada yg salah
..semua proses itu dinikmati jagan diusir atau bhkn dipaksa sy harus menerima ditumbukan pertama.. Itu malah akan mnjd mental blok bagi emosi.. Gak papa mngalir saja. Nanti kesadaran itu akan bertumbuh."

Saya pun dibawa ke igd puskesmas. Ternyata lukanya harus dijahit. Dan saya menolaknya. Rasanya ga mudah harus menambah lagi jahitan di badan ini. Setelah di perban, akhirnya pulang dengan membawa obat antibiotik dan pereda nyeri. 

Sampai rumah uwa, saya gak bisa hanya sekedar duduk atau tiduran sedang orang lain sibuk dengan banyak pekerjaan. Saya ikut ngerjain ini dan itu sambil duduk, dan dirumah uwa sampai syukuran selesai. Jam 5 sore. Perban bagian bawah warnanya jadi merah, ini darah keluar lagi ternyata. 

Pulang kerumah, makan dan mandi. Akhirnya setelah garputala, saya minta diantar ke dokter. 

Oleh-oleh dari dokter? 6 jahitan. Alhamdulillah ada rasa lega karena sekarang lukanya sudah tertutup rapi. Walau dokter bilang seharusnya pagi setelah kejadian itu langsung di jahit. 

Hmm. Dan dokter nyuruh saya kontrol ke dokter jantung. Baiklah. 

Dengan kondisi ini, saya tidak ada pilihan selain bedrest. Alhamdulillah di rumah banyak sodara yang bisa handle Alya soleha. 

Teringat beberapa waktu ini, saya terus minta ke Allah agar bisa tilawah 10 juz sehari. Apakah ini cara Allah agar saya bisa me time sama Alquran??

Akhir januari  ini banyak kelas online yang saya ikuti. Mulai dari KBSI, Knowing My Number , Kelas Bunda Produktif. Bisakah? Bismillah. Saya bersyukur karena Allah tidak kasih lampu hijau untuk kelas KBSE, rupanya saya memang tidak akan bisa berbenah barang. Allah benar2 Maha Tahu segalanya. Masya Allah.

Hai kaki kanan. Terima kasih ya selama ini selalu nyaman diajak menapak. Terima kasih telapak kaki kanan. Alfatihah. (Sambil di elus-elus)

Terima kasih sudah menjadi partner belajar hai kaki kanan. Untuk beberapa waktu kedepan. 

Bismillahirrahmanirrahim 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENGATASI SAKIT SAAT MENSTRUASI DENGAN ENEMA KOPI

Fokus Kekuatan, Siasati Kekurangan!

Memaknai Keajaiban