Hari pertama Alya di Kelas Menggambar
Namanya Bu Gita. Beliau adalah guru pendamping Alya saat kelas menggambar di MI Sekolah Alam Indramayu. Begitu kami datang, beliau langsung mengambil alih Alya dari genggaman saya dan mengambil tas yang berisi buku gambar, pensil warna dan minumnya Alya.
Apa reaksi Alya? Manut. Ikut saja sama orang yang baru ditemuinya hari ini. Saya dan ayahnya masih mengikuti dari belakang. Namun begitu mereka berbaur dengan anak-anak lain, kami tidak berani ikut masuk.
Saya salah tingkah, harus gimana. Padahal anaknya anteng-anteng aja. Saya dan suami akhirnya mencari tempat duduk yang nyaman di sebelah mushola, tempat Alya menggambar. Setelah beberapa pekan ini terus bertanya, bagaimana cara yang nyaman buat ngobrol sama suami. Eh hari ini dengan begitu saja Allah menyuguhkan kondisi yang paling nyaman bagi kami berdua untuk beneran berduaan.
Sambil memperhatikan sekitar. Di sebrang kami, ada kelas yang masih berlangsung, semua kelas di sini di ruangan terbuka. Angin yang cukup kencang dari sawah, lumayan bikin mata mengantuk. Hebatnya anak-anak sekolah itu masih semangat belajar, padahal ini menjelang setengah 3 sore, jam jam mata keren banget.
Saya dan suami sambil memperhatikan anak-anak yang sedang belajar itu, sambil membicarakan soal sekolah Alya. Saya membahas siapkah kelak menyekolahkan Alya ke Sekolah Islam? Apa harus ke sekolah swasta??apa tidak di negeri saja?
Pertanyaan itu terus menjadi pembahasan yang cukup menarik bagi suami. Saya pun jadi mendata apa saja yang dipikirkan oleh suami soal pendidikan Alya. Justru saya yang tak bisa menyembunyikan terlalu mikirin mau di mana SD nya, padahal TK aja belum masuk. Hehehe. Ini apakah semua perempuan begini atau emang sayanya aja ya yang kejauhan mikirnya?
Apapun itu, sungguh saya menyukai hari ini. Tak penting apa yang kita bahas, tak ada kesimpulan, tak ada keputusan, biar aja nanti Allah menunjukkan bagaimana. Tapi yang saya nikmati banget disore ini adalah, ngobrol dua arah sama pak suami. Eh bukan hanya dua arah, tapi dua arah dan aman. Tidak ada debat, tidak ada pakeukeuh2 lagi, tidak ada meninggikan gadis kebenaran. Masing-masing hanya mendengarkan dan mengutarakan. Tidak ada yang benar dan salah. Dan ini sungguh saya sukai. Dan ini sungguh peristiwa langka. Hehe.
Jadi kuncinya apa untuk bisa ngobrol dua arah sama paksu?? Ya....betul sekali. Ciptakan momen momen. Dan kegiatan Alya selalu menjadi momen yang efektif.
Eh gimana kabar neng Alya yang lagi menggambar ya? Sayapun kepo. Beranjak dari tempat duduk dan melihat ALYA diantara anak-anak MI yang sedang ekskul menggambar, semoga mereka mengikuti ekskul ini karena keinginan mereka sendiri ya. Agar bahagia tanpa syarat.
Alhamdulillah Alya anteung sama Bu Gita. Bu Gita pun cukup ramah dan penuh kelembutan. Saya langsung klik sama beliau. Suka deh. Alya pun seneng. Berlari keluar ke arah kami saat kelas selesai. Disusul oleh Bu Gita. Akhirnya saya menyelesaikan urusan pendaftaran dan administrasi di kantor sama Bu Gita sebelum akhirnya pamit.
Karena kami akan melanjutkan ke petualangan selanjutnya. Saat suami mengajak pulang, saya berkonspirasi dengan Alya buat main dulu di masjid Agung. Alhamdulillah suami mauuuu. Kamipun menghabiskan sore di sana. Dan ini pertama kalinya saya ke Masjid Agung, setelah di renovasi dipasang rumput sintetis dan sudah tersedia banyak mainan anak seperti ayunan, jungkit2 dan perosotan.
Bahasa cinta saya apa ya, jika sudah diajak ngobrol dua arah itu rasanya tangki cinta udah full terisi Alhamdulillah.
Komentar
Posting Komentar
Thanks for reading. Sharing is caring