Belajar ikhlas dari 2 september 2015

Belajar ikhlas dari 2 september 2015

Pagi itu jam 7 pagi semua sudah siap. Tidak ada lagi kecemasan, tidak ada lagi ke khawatiran. Sejak semalam badan sudah mempersiapkan diri untuk menjalani pagi ini.

Sulit dilukiskan dengan kata2 apa yang dirasa pagi itu, karena yang diingat hanyalah "gapapa mau apapun hasilnya, mau apapun kejadiannya nanti asal ditemenin allah"

Ada teteh reni yang sejak semalem mendampingi (eh kita sempet selfie ya teh).
saat tak boleh satu keluarga pun berada disana malam itu. Saat itu yakin sekali bahwa allah atur semua dengan baik, allah tau apa yang saya butuhkan..meski menurut kita yang dibutuhkan adalah ini dan itu tapi belum tentu kata allah. Jd rasa pasrah ke allah itulah yang menenangkan.

Pagi itu, ya di jam ini. 2tahun lalu. Emak sama bapa juga teteh. semuanya sudah menunggu di lantai 2.

Saya dari lantai 5 sdah turun, apa yang diharapkan adalah sehat paripurna setelah itu. Agar kelak bisa ibadah dengan lebih maksimal.

Bertemu dengan sosok emak dan bapak juga teteh yang tak pernah lelah mendampingi, sejak kecil. Membuatku sadar siapa yang tak pernah meninggalkan saat tau diri penuh cela.

Dipintu itu, kami berdoa bersama. Kemudian saya masuk dan tak ingat apapun lagi.

Dan 3 jam kemudian, saya hanya mampu mendengar suara yang tak asing bagiku, "yen kuat yaaaa" itulah suara lembut penuh kasih sayang dan support dari emak. Tanpa bisa saya melihat wajahnya. Namun kata2 itu ampuh jadi kekuatan buat diri yang tak bisa bergerak itu. Lalu suara itu pun menghilang. Berganti dengan suara2 yang menyuruh batuk. Setelah berhasil batuk, untuk bisa minum harus menunggu 1 jam kemudian. Lalu ada seseorang yang berkata "semuanya ok". Saya tak bisa melihat sekitar kecuali jam dinding disebrang sana.

Saat itu jika ada rasa sakit obatnya hanya satu, "ahad ahad ahad" sambil membayangkan sahabat bilal yang kesakitan dadanya ditimpa batu besar. Saat itu memang tak bisa bergerak sedikitpun meski untuk nengok kanan kiri. Yang bisa gerak hanya kedipan mata. Bahkan mulutpun tak bisa jelas bicara. Selang besar masih disana. Kedipan mata itulah yang jadi kode untuk berkomunikasi dengan para teteh baik berseragam biru.
Tapi itu tak lama. Hanya 1 malam. Setelah itu....kebaikan demi kebaikan hadir.

Itulah awal saya dilahirkan kembali. 2 september 2015.

Hey kamu, Semoga benarlah sehatnya untuk ibadah lebih maksimal. Catat!

Alhamdulillah untuk 2 tahun penuh kebahagiaan. Penuh kejutan. Penuh cinta.

Terima kasih tak terhingga untuk emak dan bapak. Teteh ihat teteh mpu dan aa. Juga semua keluarga yang tak bosan mendampingi dan mendoakan.  Juga tim medis yang keren. Teh Reni Rahmawati sekeluarga yang tak terhitung kebaikannya, anak3 yang selalu jadi penghibur yang bkin saya lupa kalau saya ini pasien dr.rubi. Semoga allah membalas kebaikan teteh di dunia dan akhirat.  Untuk Ivon Sagita yang selalu ada sejak awal. Jazakillah. Allah yang balas. Untuk teh hani yang meski jaraknya jauh selalu mampir ke rs. Untuk teh Lena Herlina dan a agus yang sudah menjemput saat pulang dr rs meski lagi hamil besar. Ah gatau gmna caranya hanya bisa bilang terima kasih banyak. Untuk ms. Fitri Astriyanti dan ms. Uswatun Hasanah Masrurjuga mbeb Anthon Muhammad yang sudah dengan sangat baik menghandle pekerjaan saya.  Untuk mbae Cayank Mayaku yang selalu mendampingi sejak pemulihan hingga bisa naik motor lagi. Mbae makasi bgt. Untuk ibu dan ayah Ihya Ulumudin juga anak2 panti al arief terima kasih atas doa2nya.  Ibu Nalijani Latito terima kasih selalu nemenin di rs dan kiriman2 makanannya. Untuk mba Halimah Zara yang udah mau direpotin pas di jkt, makasi ya mba. Juga untuk semua sahabat atas supportnya selama ini yang tak bisa disebut satu persatu.

Terima kasih

Fabiayyialaai robbikuma tukadzibaan.

2 september 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENGATASI SAKIT SAAT MENSTRUASI DENGAN ENEMA KOPI

Fokus Kekuatan, Siasati Kekurangan!

Memaknai Keajaiban