Pertemuan Pertama dengan Ustadzah Halimah Alaydrus
Ustadzah Halimah Alaydrus. Semoga Allah selalu menjaga dan memuliakan beliau. Aamiin.
Awal mula saya tahu Ustadzah Halimah Alaydrus dari link Youtube yang dikirim oleh teteh saya. Kakak saya itu paham sekali apa yang sedang saya alami dan memberi link tersebut sebagai penawar hati yang sedang tidak nyaman. Setelah menyimak materinya, saya merasa tersentuh dan setiap hari mencari judul kajian lainnya. Sejak itu, kegiatan nyetrika baju selalu ditemani tausiyah Ustadzah Halimah, masak jadi makin semangat jika sambil mendengarkan suara beliau. Hari-hari saya tak saya lalui tanpa suara beliau.
Saya juga baru tahu dari kajian online itu jika Ustadzah Halimah tidak mau di foto dan video. Masya Allah, baru saya temukan Ustadzah yang menjaga banget hal ini. Semakin jatuh hatilah saya. Hingga suatu hari, saya menemukan flyer di Facebook bahwa beliau akan mengisi Maulid Nabi di Indramayu, hati saya bergetar. Allah alangkah bahagianya jika saya bisa hadir langsung dan mendengar langsung tausiyah beliau yang selalu menyentuh hati dengan suaranya yang khas sekali.
Alhamdulillah hari yang dinantipun tiba, 1 November 2023. Setelah mengantongi izin dari suami, saya bergegas menuju lokasi Maulid Nabi Muhammad di pesantren Abdurrahman Basuri, Sindang. Saya tak menyangka ternyata jamaah yang hadir sudah membludak. AllahuAkbar. Hati saya bergumam “Siapakah sosok Ustadzah Halimah?”
Saya pun harus parkir di Gor Singalodra yang terletak di seberang lokasi acara dan di sana seperti lautan motor. Bergetar kaki saya, tapi hati saya hangat sekali, dada ini bergemuruh karena semangat. Saya percepat langkah karena ingin segera melihat sosoknya, yang dari suaranya saja bikin saya jatuh hati.
Suara qosidah terdengar begitu syahdu mengiringi ustazah melantunkan bacaan shalawat.
Alhamdulillah, saya duduk paling belakang. Saya melihat wajahnya dari layar besar. Hati saya terus bertanya apakah itu ustadzah Halimah Alaydrus? Masya Allah teduh sekali melihatnya. Tausiyah belum dimulai karena shalawat dulu, ini masih sangat asing bagi saya. Saya gak tahu apa yang dibaca. Saya hanya bisa shalawat sendiri sambil terus berdoa. Namun energinya terasa sangat positif.
Usai pembacaan shalawat dan doa, tausiyahpun dimulai.
"Saya gak sedih, saya gak terpuruk, saya gak minder, karena saya umatnya Nabi Muhammad. Karena cinta kepada Nabi Muhammad itu tak tertolak, gapapa gak dianggap penting sama siapapun, gapapa orangtua kurang perhatian, gapapa suami ga memahami, yang penting saya pegang status umatnya Nabi Muhammad sampai akhir.
Karena nanti, Nabi Muhammad akan menunggu di mimbarnya dekat jembatan shiratal mustaqim, jika ada umatnya yang tergelincir ke neraka, Nabi Muhammad akan bersujud ke Allah agar dia dikeluarkan dari neraka, terus seperti itu sampai Rasulullah yakin semua umatnya sudah berada di surga".
Sungguh dalam sekali apa yang beliau sampaikan, sahabat yang hadir saat itu pasti merasakan getarannya.
Allah…cinta seperti apakah ini? Cintanya Rasul begitu besar kepada umatnya. Kepada saya. Kepada kita. Bagaimana dengan saya kepada Rasulullah? Selama ini bershalawat jika menginginkan sesuatu. Dan itu dunia. Ingat jika butuh saja. Hiks. Maafkan saya ya Allah.
Air mata tak mampu saya bendung. Saya bahagia karena apa yang ustadzah sampaikan membuat saya begitu besar hati oleh cintanya Rasulullah. Betul, tak apa dengan semua kondisi yang tak ideal, Rasulullah memahaminya. Rasulullah memahami, tanpa kita cerita. Begitulah Rasulullah sampai sekarang, karena kita adalah umatnya.
Kajian usai, saya tak sampai untuk menatap wajahnya dari dekat. Saya terus memperhatikan Ustadzah Halimah dari tempat saya berdiri. Beliau melambai-lambaikan tangannya kepada seluruh jamaah yang mulai meninggalkan tempat. Ah rindu ini sudah memenuhi ruang hati saya. Rindu kepada Ustadzah Halimah.
Menuju parkiran, saya bertemu dengan sahabat saya yang ternyata hadir juga, yaitu Mbak Ilah. Sepanjang jalan kaki, kami mengobrol dan dari Mba Ilah saya baru tahu jika Ustadzah Halimah itu seorang Syarifah atau keturunan Nabi Muhammad SAW dari marga Alaydrus. Beliau asli Indramayu, kakaknya punya pesantren Ribath, lokasinya dekat dari sini. Masya Allah Indramayu memang terkenal kota santri, banyak pesantren di mana-mana dan saya tak menyangka jika Ustadzah yang saya simak secara online adalah orang Indramayu, adalah cucu Rasulullah.
Mba Ilah juga mengajak saya untuk hadir di Kajian khusus Muslimah bersama "Umma Ikha" tiap selasa pagi di Klinik Humaira. Tentu saja ini kabar yang menggembirakan.
Bukankah ini rezeki yang luar biasa bagi kami yang di Indramayu, ada keluarga Rasulullah yang begitu dekat. Semoga Indramayu semakin berkah. Aamiin.
Dan kejutan berikutnya adalah Ustadzah Halimah ternyata seorang penulis buku. Saya langsung berburu buku-bukunya. Alhamdulillah dapat 3 buku. Assalamualaikum Tarim, Kata Kita, dan Tutur Hati.
Alhamdulillah semakin menyelami bukunya, semakin tahu perjalanan hidup beliau yang sangat cinta belajar, cinta ilmu, cinta ulama, cinta Rasulullah. Jadi semakin rindu saja hati ini. Ya Allah izinkan saya jumpa kembali dengan Ustadzah. Aamiin.
Pertemuan dengan Ustadzah Halimah adalah pertemuan akan kecintaan saya kepada Allah, Rasulullah dan Islam yang kian mendalam. Kian jatuh hatinya saya akan islam. Agama yang dibawa oleh Rasulullah sebagai Rahmatan Lil alamin. Sebagai The Way of Life.
Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad. Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad.
Komentar
Posting Komentar
Thanks for reading. Sharing is caring