Jodoh Pasti Bertemu
“Ya Allah hari ini saya sebagai jamaah, hadir paling belakang, suatu saat nanti izinkan saya hadir sebagai panitia, hadir paling awal.” hati saya bergumam saat melangkah pulang dari pengajian Ustadzah Halimah Alaydrus yang pertama kali saya ikuti.
Alhamdulillah hari ini doa itu Allah ijabah. Padahal ketika itu, saya berdoa kemudian tak ingat lagi. Seperti ungkapan “Jodoh pasti bertemu” doa yang saya panjatkan kala itu ternyata ada di event Maulid Azzahro.
25 Mei 2024, MT. Azzahro mengadakan acara Milad sekaligus Halal Bihalal. Alhamdulillah atas izin Allah, atas kasih sayang Allah, saya merasakan bahagianya menjadi orang di balik layar. Dengan ini saya semakin tahu bahwa Allah begitu dekat, begitu sayangnya kepada saya.
AllahuShamad : Allah tempat meminta segala hal.
Allah sesuai prasangka hambaNya.
Betul kata guru saya yang akrab dipanggil Ka Sela itu, "Kita hanya hamba, gimana Allah aja. Jika inginkan sesuatu, mintalah dengan doa. Tapi hasilnya apa, gimana Allah aja." Bukankah sebuah keajaiban jika hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Jarum jam sudah di angka tujuh saat saya memarkir motor di Islamic Center. Bersama Alya anak kesayangan saya yang semakin bahagia setiap hadir di pengajian, kami menaiki anak tangga penuh semangat.
Di ruang panitia, Masya Alloh semua sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Semuanya bertugas tanpa harus dikomando. Cinta kepada Rasulullah, rindu kepada Sayyidah Fatimah Azzahro telah menjadi komando utama yang otomatis menggerakkan panitia. Betul nyatanya perasaan itu punya daya dongkrak yang lebih kuat.
Di ruang panitia, saya melihat begitu banyak cinta. Gelak tawa anak-anak yang bermain bersama. Kue dan air mineral yang disiapkan untuk jamaah. Begitu banyak, sebanyak cinta yang hadir di Azzahro.
Panitia yang tidak bisa membuat kue, berkontribusi dengan materi dan tenaga juga pikiran, semuanya fastabiqul khoirot. Berlomba dalam kebaikan, tanpa mengharapkan apapun selain menyenangkan Allah dan Rasulullah.
Menjadi panitia rasanya tentu tidak sama dengan menjadi peserta. Menjadi panitia tidak sefokus menyimak acara layaknya menjadi peserta, namun menjadi panitia adalah momen untuk maksimal memuliakan dan membahagiakan guru, para syaroif, tamu undangan, panitia lainnya, anak-anak dan tentu saja semua jamaah yang hadir. Semangat membahagiakan orang lain adalah semangat panitia.
Bonus dari Allah yang bikin saya bahagia terus menerus adalah momen foto bersama Ustadzah, Jidah dan semua panitia. Bonus terindah yang tak bisa dibeli dengan apapun. Saya sungguh bersyukur atas foto bersama ini, ah Allah selalu bikin hati saya meleleh.
Bagi saya yang perdana menjadi bagian dari panitia, ini adalah kesempatan untuk belajar banyak hal, belajar langsung dari Ustadzah ataupun dari panitia lainnya. Saya takjub sekali melihat Kak Sela menyusun acara ini secara detail. Beliau memikirkan semuanya termasuk bagaimana memuliakan anak-anak, memuliakan jamaah yang hadir, tamu undangan dan panitia.
Saya menyaksikan sendiri, Mba Mia sibuk bertanya kepada Ustadzah tentang daster mana yang diberikan kepada ibu yang tadi memasuki gedung dengan baju yang sudah basah kuyup karena diluar hujan, rupanya Ustadzah menyuruh panitia untuk memberikan daster yang ada di meja bazzar agar ibu itu bisa salin dan tidak kedinginan. Persis seperti yang Ustadzah lakukan kepada saya saat saya hadir di rumahnya tempo hari dengan basah kuyup karena kehujanan. Ustadzah memberikan gamis dan jilbabnya agar saya tidak kedinginan lagi.
Masya Alloh, Ustadzah kami selalu memuliakan orang lain, menjadi tauladan bagi jamaahnya.
Di acara ini beliau sangat profesional dan terampil dalam membagi tugas kepada tim di Azzahro. Sebelumnya Ka Sela pun terjun langsung ke lapangan untuk persiapan acara, menyiapkan tempat, memikirkan segalanya dan semua itu diikuti oleh seluruh panitia yang begitu cinta dengan Azzahro.
Pemandangan ini mengingatkan saya kepada peristiwa Fathu Mekkah. Rasulullah membagi kaum muslimin untuk memasuki Kota Mekkah dari berbagai arah, ketika Rasulullah sujud mereka semua ikut sujud, ketika Rasulullah berdiri semua ikut berdiri, ketika Rasulullah menyampaikan untuk tidak menyakiti siapapun maka semuanya sami'na waatho'na.
Hingga hari ini, kurang lebih enam bulan saya Allah izinkan hadir di Azzahro, saya merasakan kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ustadzah Sela sebagai pendidik hati saya, secara tidak langsung telah mengajarkan saya bagaimana mencintai seseorang karena Allah, bagaimana cara mencintai seseorang dengan benar, bagaimana agar cinta ini senantiasa tersambung kepada Allah Ta'ala.
Setiap memandang wajahnya, saya baru paham harus bershalawat dan bilang Masya Alloh, agar tidak terkena penyakit ain dan saya berdoa agar kelak di akhirat bisa tetap memandang wajahnya dan wajah perempuan-perempuan sholeha lainnya. Setiap rindu melanda, saya jadi paham bahwa ini waktunya untuk banyak mendoakan beliau.
Cinta ini telah mengalirkan rindu yang begitu mendalam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, cinta ini telah mengingatkan saya bahwa Allah satu-satunya sandaran. Bahwa semua gerak hati, pikiran, perasaan hadirnya dari Allah.
Cinta ini telah menjadi gerbang pemahaman bahwa di dunia ini hanya singgah, kita sedang bertamu, dan tamu pasti akan pulang ke rumahnya. Dan rumah asli kita adalah surga. Maka untuk pulang ke sana harus dipersiapkan, harus hati-hati dari dosa, harus mujahadah dalam ibadah.
Cinta ini membuat saya begitu bahagia dan ingin selalu membahagiakan orang lain, betul ya kita hanya bisa berbagi saat kita sudah memilikinya. Disini saya sangat bahagia dan setiap hari ingin berbagi kebahagiaan untuk keluarga di rumah.
Alhamdulillah, Allah Maha Baik, Allah izinkan saya, suami saya, anak saya, semakin hari semakin harmonis, semakin hari semakin bahagia tanpa syarat, semakin hari semakin saling berebut ingin membahagiakan. Semoga kelak kami bisa berkumpul di surga yang ada Rasulullah dan orang-orang soleh. Aamiin ya Mujibassailin.
Alhamdulillah sebelum mata ini menutup untuk selamanya, hal terbaik yang Allah berikan kepada saya adalah pertemuan dengan MT. Azzahro, dengan Ustadzah Sela, dengan Jidah yang saya sayangi, dengan saudara di Azzahro dan dengan semakin bersambungnya hati saya kepada kakak-kakak saya, karena kini saya ngaji di tempat yang mereka telah lebih dulu belajar, saya merasa pulang ke rumah.
Alhamdulillah harapan saya untuk terus belajar kepada Ustadzah Halimah Alaydrus, Allah kabulkan dengan disambungkannya saya dengan Ustadzah Ummu Muhammad Alaydrus, dengan Azzahro, karena dengan begitu saya bisa lebih sering belajar secara langsung.
Ketika saya telah kesana kemari mencari kebenaran, Allah izinkan saya belajar di sini, dan rasa di hati ini menjadi jawaban dari semua pertanyaan. Karena rasa tidak bisa dibohongi, karena rasa hanya bisa ditransfer oleh rasa.
Alhamdulillah, saya menemukan ketenangan di MT. Azzahro. Tidak hanya itu, di Azzahro saya menemukan kehidupan.
Semoga Allah ridho, semoga Rasulullah kelak mengenali saya. Aamiin ya Rabbal alamiin.
Yaumil Milad MT. Azzahro, terima kasih untuk menjadi rumah bagi saya. Terima kasih untuk semua pembelajaran, semoga Azzahro tumbuh menjadi Majelis Taklim seperti yang Ustadzah Ummu Muhammad harapkan yaitu menjadi pengingat bagi seluruh perempuan agar kembali menjadikan Sayyidah Fatimah Azzahro sebagai tauladannya.
I Love you MT. Azzahro, I Love you Ka Sella. Mudah-mudahan Ustadzah selalu sehat, selalu dijaga sama Allah, semakin disayangi Rasulullah, masuk surga bersama rombongan Sayyidah Fatimah bintu Rasulillah. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Komentar
Posting Komentar
Thanks for reading. Sharing is caring