Menjaga Diri dari Pelecehan Seksual. Day 7

Kelompok 7 materinya sangat penting. Orang tua sangat berperan dalam menjaga anaknya dari pelecehan seksual. Setelah materi disampaikan ada beberapa pertanyaan dan saya ingin menuliskan pertanyaan pertama.

pertanyaan 1 : melia sari ( Genteng, Banyuwangi)

sejak kapan kita mulai memberitahu anak mengenai anatomi tubuhnya dengan nama2 yang seharusnya?

Pengenalan anggota tubuh harus dilakukan sedini mungkin, termasuk dengan penamaan yang tepat untuk genitalia mereka. Banyak orangtua yang memilih ‘menghaluskan’ istilah anatomi tubuh seperti “payudara”, “penis”, atau “vagina” dengan kata-kata yang menurut mereka lebih bisa diterima. Cara ini salah.
Dengan mengajarkan anak nama-nama yang tepat untuk setiap bagian tubuh, mereka akan lebih akurat saat menceritakan apa yang terjadi pada mereka jika seseorang melecehkan mereka. Dengan menggunakan istilah anatomi yang sesuai, semua orang yang terlibat akan memahami persis apa yang anak-anak maksud guna meminimalisir kemungkinan salah tafsir. Misalnya, akan jauh lebih jelas jika seorang anak bisa melaporkan pelecehan yang terjadi dengan, “orang itu menyentuh vaginaku dengan penisnya” dibanding dengan jika ia mengatakan “orang itu pegang burungku.”

Anak perempuan saya 10th masih suka digendong di pundak pamannya, masih boleh ga ya bun?
sebaiknya dihindari bun, dan diberi penjelasan pelan-pelan, karena usia 10 th untuk beberapa anak sudah mulai tumbuh organ kewanitaannya. Usia sekitar 9 atau 10 tahun, merupakan titik yang sangat rawan. Perempuan dapat mencapai aqil baligh pada usia ini dengan ditandai adanya menarche (menstruasi pertama). Sementara anak laki-laki pada umumnya akan mengalami ihtilam (mimpi basah) sekitar 2 atau 3 tahun sesudah usia itu. Sekalipun demikian, di masa sekarang semakin banyak anak yang mengalami ihtilam lebih awal dibanding anak-anak di masa sebelumnya. Usia 10 tahun pun boleh jadi sudah ada yang menjadi muhtalim (orang yang mengalami mimpi basah). ada kejadian, anak tetangga krn stiap hari seringnya brmain, tidur brsama dg kakek, akhirnya tjd pelecehan seksual.
*Bagaimana orangtua mencegah pelecehan seksual pada anak*

➡️ *Ajarkan anak tentang anatomi tubuhnya*

Pengenalan anggota tubuh harus dilakukan sedini mungkin, termasuk dengan penamaan yang tepat untuk genitalia mereka. Banyak orangtua yang memilih ‘menghaluskan’ istilah anatomi tubuh seperti “payudara”, “penis”, atau “vagina” dengan kata-kata yang menurut mereka lebih bisa diterima. Cara ini salah. Dengan mengajarkan anak nama-nama yang tepat untuk setiap bagian tubuh, mereka akan lebih akurat saat menceritakan apa yang terjadi pada mereka jika seseorang melecehkan mereka. Dengan menggunakan istilah anatomi yang sesuai, semua orang yang terlibat akan memahami persis apa yang anak-anak maksud guna meminimalisir kemungkinan salah tafsir. Misalnya, akan jauh lebih jelas jika seorang anak bisa melaporkan pelecehan yang terjadi dengan, “orang itu menyentuh vaginaku dengan penisnya” dibanding dengan jika ia mengatakan “orang itu pegang burungku.”

➡️ *Ajarkan anak mengenai batasan
Prinsip*

yang paling utama yang harus Anda ajarkan sejak dini adalah tubuh adalah milik pribadi, bahwa setiap manusia memiliki hak untuk menentukan apa yang bisa dan akan mereka lakukan terhadap tubuhnya masing-masing, siapa yang boleh menyentuhnya, dan bagaimana orang lain menyentuh tubuh mereka. Hak setiap anak harus dijamin dan diperlakukan sama, layaknya orang dewasa.

➡️ *Ajarkan pula bahwa ada area-area tertentu yang tidak boleh dilihat atau disentuh sama sekali oleh orang lain,*

Dengan catatan, jika kondisi tubuh anak mengharuskan untuk diperiksa oleh tenaga medis, jelaskan bahwa hal tersebut boleh-boleh saja karena pemeriksaan ini berkaitan dengan kesehatannya, dan temani anak selama pemeriksaan berlangsung. Hormati pula keinginan mereka, dan pastikan mereka mengetahui bahwa tidak siapapun, termasuk Anda, memiliki hak untuk menyentuh mereka tanpa seizin mereka. Tanyakan pada anak sebelum menyentuh mereka, seperti, “Mau mama gendong, nggak?” dan jangan berasumsi segala hal tidak apa-apa untuk dilakukan. Minta izin mereka untuk berikan ciuman, jangan langsung lakukan hal tersebut. Jangan sembarangan meminta mereka untuk memberikan ciuman atau pelukan kepada orang lain jika mereka tidak mau. Ajarkan mereka untuk bisa menolak dengan sopan.

➡️ *Ajarkan anak untuk menghormati tubuhnya dengan mengajarkan mereka untuk menghormati tubuh* *orang lain.*

Ajarkan anak-anak sejak dini untuk tidak melakukan apapun terhadap orang lain jika orang tersebut tidak menginginkannya. Contohnya, jika ia menggelitik Anda, atau saudaranya, terus menerus, Anda bisa dengan lugas katakan, “Aku tidak mau dikelitikin. Tolong hentikan, ya.” dan pastikan anak-anak Anda menghormati keputusan Anda. Mengajarkan dengan contoh akan lebih mudah bagi anak untuk mengerti.

➡️ *Ajarkan anak untuk membedakan mana sentuhan yang baik dan yang tidak baik*

Sentuhan yang baik adalah sentuhan yang bisa memberikan kita kenyamanan dan merasa dipedulikan. Jelaskan pula pada anak bahwa terkadang, sentuhan yang baik bisa saja terasa sakit, misalnya, saat membersihkan luka. Memang sakit, tapi akan membuat ia jadi lebih baik.
Sedangkan sentuhan yang tidak baik adalah sentuhan yang menyakitkan, baik secara fisik maupun emosional. Contohnya: saat seseorang memukul, mencubit, atau menendangnya. Satu jenis sentuhan lainnya adalah sentuhan yang tidak diinginkan, yang biasanya adalah sentuhan yang baik, tapi tidak diinginkan untuk saat ini. Misalnya, diayunkan di ayunan rasanya sangat menyenangkan, tapi jika dilakukan setelah makan siang, mungkin anak Anda akan merasa pusing dan mual, makanya mereka cenderung tidak menginginkannya.

➡️ *Ajarkan anak, mana yang termasuk pelecehan seksual*

Sentuhan yang termasuk pelecehan seksual sangat jelas, tidak akan membingungkan orang lain bahkan jika menggunakan istilah yang tidak lazim digunakan. Sentuhan pelecehan seksual adalah jenis-jenis sentuhan yang membuat anak-anak takut, cemas, atau gelisah di bagian-bagian tubuh privat (yang biasanya tertutup pakaian sehari-hari, termasuk baju renang). Jelaskan kepada anak bahwa sentuhan ini mungkin seperti “baik”, tapi terasa tidak nyaman. Jelaskan pada anak bahwa jika seseorang menyentuh mereka dan kemudian meminta mereka untuk menjaga rahasia tentang sentuhan tersebut, maka sentuhan tersebut adalah pelecehan seksual. Terangkan dengan jelas bahwa pelecehan seksual juga bisa terjadi jika mereka disentuh saat mereka menggunakan pakaian lengkap, contohnya seseorang meraba celana atau rok mereka.

➡️ *Saat Anda menyentuh anak Anda, tanyakan mereka tentang arti sentuhan tersebut untuknya.*

 Tanyakan pertanyaan seperti, “Sekarang, boleh nggak aku memegang tanganmu?” atau, “Kalo sekarang orang lain (kakak/om/tante) pegang perutmu, boleh nggak?” Coba untuk minta anak menjelaskan alasan mereka mengenai boleh atau tidaknya sentuhan tersebut.

➡️ *Ajarkan anak berkata “tidak”*

Adalah hal yang sangat umum bagi anak untuk mendengar perintah seperti, “Turuti kata ayahmu!” atau, “Jangan bandel, kan ibu sudah bilang jangan lakukan itu!”. Namun, di usia sedini itu akan sangat sulit bagi anak-anak untuk bisa membedakan mana perintah yang harus mereka turuti dan perintah yang tidak harus mereka jalankan.

➡️ *Ajarkan anak bahwa mereka memiliki hak untuk menolak dan berkata tidak.*

Mayoritas kasus pelecehan anak dilaporkan berdasarkan paksaan dan bukan kekerasan fisik. Mengajarkan anak untuk bisa berkata “tidak!” dengan jelas dan tegas dapat memberikan perbedaan yang signifikan di banyak situasi. Memang ada beberapa batasan jelas di mana anak tidak bisa berkata tidak, dan disinilah kebingungan orangtua bisa terjadi. Saat berdiskusi dengan anak, perjelas bahwa mereka bisa bilang tidak kepada siapapun yang ingin mencium mulut, menyentuh vagina, penis, dada, atau bokong mereka, atau bagian-bagian tubuh lainnya yang biasanya tertutupi pakaian. Perjelas pula bahwa mereka punya hak untuk menolak dengan keras jika orang tersebut mengatakan bahwa sentuhan ini aman dan tidak akan membuat mereka dihukum. Ajari anak untuk mempercayai insting mereka dan jika sesuatu terasa aneh, katakan tidak.

➡️ *Dampingi anak di kehidupannya*

Sisihkan sebagian waktu Anda untuk bersama anak di mana mereka bisa mendapatkan perhatian penuh dari Anda. Pastikan kepada mereka bahwa mereka bisa curhat kapan saja mengenai segala hal yang terjadi di keseharian mereka, atau jika mereka memiliki pertanyaan tertentu, atau jika mereka merasa seseorang membuat mereka merasa tidak nyaman. Pastikan pula bahwa mereka tidak akan mendapat masalah jika menceritakan hal-hal tersebut. Banyak pelaku pelecehan yang menggunakan trik ancaman atau suap agar korbannya menjaga rahasia tentang kekerasan yang mereka alami. Dibandingkan dengan menggunakan pertanyaan tertutup, seperti, “Sekolah hari ini seru?”, berikan pertanyaan lanjutan yang memberikan anak kesempatan untuk mengelaborasi ceritanya, seperti, “Ada lagi yang ingin kamu ceritakan ke mama?”.
Selalu ingatkan anak bahwa tidak apa-apa untuk berbicara dengan Anda, terlepas dari apapun topik pembicaraannya. Dan ingat, peran Anda sebagai orangtua adalah untuk selalu tepati janji dan jangan berikan hukuman saat mereka bicara jujur dengan Anda.

➡️ *Bekali anak dengan* *nomor telepon darurat*

Ajari anak bagaimana cara untuk menelepon
Ajarkan anak untuk menghafal no. Hp kedua orangtuanya
Berikan informasi tentang nomor layanan darurat yang hanya digunakan dalam keadaan darurat bukan main-main.

➡️ *Biasakan agar anak selalu berpakaian tertutup
Meskipun di dalam rumah,*

biasakan anak Anda untuk selalu berpakaian tertutup agar tidak menimbulkan efek merangsang saat orang lain melihat tubuhnya. Kebanyakan kasus pencabulan yang dilakukan oleh orang-orang terdekat terjadi karena cara berpakaian anak yang terbuka.
Sedini mungkin, Biasakan anak memakai pakaian dalam dan pakaian luar
Terapkan peraturan bahwa pakaian dalam bukanlah pakaian yang digunakan sehari hari tanpa pakaian luar
Hindari berganti baju di depan anak-anak. Lebih baik katakana “permisi” dan meminta mereka keluar sebentar

➡️ *Berikan pemahaman seks yang benar*

Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, orang tua khususnya ibu tentu harus mampu memberikan perhatian dan perlindungan kepada anak, utamanya kepada anak perempuan. Jalin komunikasi yang baik dengan anak agar mereka selalu terbuka dan tidak segan bercerita kepada Anda mengenai hal-hal yang menurutnya tidak wajar. Jika anak Anda tiba-tiba menjadi pendiam, sebagai orang tua Anda juga harus peka dan segera mencari tahu penyebabnya, karena perubahan sikap bisa menjadi tanda bahwa anak sedang mengalami suatu masalah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENGATASI SAKIT SAAT MENSTRUASI DENGAN ENEMA KOPI

Fokus Kekuatan, Siasati Kekurangan!

Memaknai Keajaiban