Aliran Rasa tahap ulat-ulat



Bagi saya kelas ulat adalah perjalanan paling complicated,  apalagi saat masuk jurnal pekan ke 4. Tak sengaja saya tiba tiba berubah pikiran yang awalnya akan masuk keluarga kerumah tanggaaan tiba tiba masuk keluarga manajemen emosi (ini pasti allah yang menggerakkan saya untuk memilih keluarga manajemen emosi lebih dulu dibanding keilmuan lainnya).  Finally,  saya masuk group Telegram yang anggotanya lebih dari 300 dan kini lebih dari 500 member. Awal awal belum ada apa apa,  rasanya kurang menantang tapi sabar menanti hidangan yang ada di keluarga baru ini(inside out family).  Saat sharing materi pertama tentang innerchild dari ibu shinta,  Seorang pakar innerchild dan self healing. Namun saya ketinggalan diskusi dan ga sempet manjat chat ratusan.  Saya pun belum baca resume materinya. Baru baca sekilas tentang tanya jawabnya. Ada yang saya ingat banget yaitu tentang jawaban untuk pertanyaan seorang ibu yang punya innerchild,  bu shinta bilang "Allah titipkan inner child terluka di masa kecil mbak pasti karena ada hal besar yg ingin Allah beri, yaitu surga jika bersabar melewatinya, tetap berprasangka baik kalau Allah sayang mbak dan bakti mbak kepada Ibu dan suami"

Deg!itu kaya nasihat untuk saya banget. Saya yang punya innerchild negatif pun merasakan hal yang sama dengan beliau. Saya mulai ingat kembali tentang luka batin waktu kecil yang ditinggal merantau sama orang tua. Saya benci banget orang yang sibuk kerja sampai gak ada waktu untuk keluarga nya. Saya pun baru menyadari kemungkinan saya resign saat melahirkan  alya pun karena luka batin ini. Saya gamau banget alya ditinggal kerja. Saya gamau alya kurang perhatian. Maka saya Totalitas untuk anak saya. Alhamdulillah suami pun support saya untuk full di rumah.

Materi kedua tentang self healing dari mba Afa materinya self healing dengan sadar nafas. Ini bagai pelengkap belajar saya tentang self healing yang baru selesai saya baca dari buku "Membasuh Luka Pengasuhan"  karya pasangan suami istri (Febrianti Almeera dan kang ulum).  Di tahap ini lah saya malah banyak konflik. Hari itu emosi saya meledak ke bapak saya.  Malamnya saya praktekan tapping dan sadar nafas. Namun belum 5 menit sadar nafas, saya sudah pusing kepala dan mual. Saya rebahan dan menghentikan terapi nya. Saya tidur istirahat meski sebentar karena anak saya minta dikelonin. Sejak hari itu saya stop dulu tapping atau sadar nafas nya. Karena merasa ga siap dengan reaksi tubuh atau reaksi ingatan akan masa lalu. Saya pun ngga menyimak lagi Telegram.

Di jeda itu....

Tiba tiba saja ada konflik dengan suami. Astagfirullah benar ya ujian nya akan terus di ilmu yang sedang kita pelajari. Seolah meminta bukti atas apa yang kita pahami. Malamnya saya buka Telegram dan saya gatau kalau sedang ada materi tentang manajemen marah.  Saya sharing kejadian hari itu dan mendapat penguatan dari pemateri dan juga peserta lain.  Saya harus belajar bagaimana menghadapi toxic People. Oke saya belajar lagi. Namun konflik dengan suami tak kunjung usai. Ada lagi ada lagi.  Ya allah ampuni hamba.








Hingga ada satu tugas yang harus berkenalan dengan peserta lain,  saya pun punya teman ngobrol baru yaitu teh rara dari IP Bandung.  Ternyata kita satu keluarga di inside out family.  Dan mind map kita pun nyaris sama. Ya allah ini lah awal saya mulai menata kembali diri saya, mind set saya dan kebiasaan saya.  Dari obrolan dengan teh rara lah saya menyadari hal baru,  bahwa masalah Saya dengan pasangan adalah soal komunikasi.  Komunikasi kami dari awal menikah memang kurang sehat. Saya pun meluncur belajar di keluarga Komunikasi. Namun lagi lagi di Kelas ulat yang penuh kejutan dari Ibu Septi ini memberi saya banyak hal baru yang sangat sesuai dengan kebutuhan saya.  Tibalah pada tahap menemukan buddy.  Dan tak perlu berpikir lama,  buddy yang saya harapkan adalah teh rara. Alhamdulillah allah kabulkan.

Bapak saya berangkat umroh, dan saya tinggal di rumah ortu dulu menemani ibu, ada satu hari dimana kacau sekali komunikasi saya dengan ibu.  Saya berantem dengan ibu. Hiks. Pr saya masih sangat banyak. Komunikasi saya dengan siapapun masih gak produktif. Latihan lagi dan lagi.

Back to my buddy....

Tak menyangka sejauh itu teh rara memahami kebutuhan saya,  lagi lagi saya dikasih banyak hadiah sesuai kebutuhan saya,  mulai dari self healing, komunikasi dengan pasangan, bongkar cara pandang tentang pasangan. Semuanya saya lahap. Terima kasih banyak ya teh rara. Maafkan saya yang tak bisa memberikan lebih baik dari hadiah yang teteh berikan. Doa saya semoga teteh sekeluarga selalu sehat dan harmonis. Aamiin.






Satu hal yang sangat mengena, untuk berproses melewati semua ini tidak bisa instan. Perlu olah hati, olah pikir, olah rasa, olah raga. Knowing   being,  Sharing. Self love.

Buku-buku yang mampir pada saya selama kelas ulat pun seperti diatur sama allah. Pertama datang buku Membasuh luka pengasuhan,  kedua tak sengaja ambil Novel ayahku bukan Pembohong. Ketiga ketemu buku terapi berpikir positif. Semua tanpa rencana. Allah merencanakan semua.

Alhamdulillah banyak banget manfaat yang saya dapatkan. Semoga bisa dipraktekkan dengan baik. Untuk segala kekurangan, saya memaafkanm menerima diri saya. Mari bergandengan wahai diri agar kita bisa lebih baik.

Kini kelas ulat selesai, dan seperti rollercoaster hati malah down.  saya masih saja ada gesekan dengan suami. Huaa. Rasanya ingin menyerah. Apalagi di akhir kelas ini banyak sekali kabar buruk,  dua orang yang sangat dekat dengan saya bercerai. Hiks. Dua kaka saya bercerai. Bayangkan disaat saya banyak konflik dengan suami kabar kabar itu hadir bergantian.   Setiap hari saya menangis.  Rasanya tak bisa berbuat apa-apa. Teori hanya diatas teori.  Ya allah kerasa banget kalau saya ini lemah tak berdaya. Saya tersungkur dalam sujud memohon ampun. Ya allah lahaulawalakuwwataillabillahilaliyyiladzim.

Semoga di kelas kepompong, pelangi itu hadir.

#kelasulat
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#tahapulatulat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENGATASI SAKIT SAAT MENSTRUASI DENGAN ENEMA KOPI

Fokus Kekuatan, Siasati Kekurangan!

Memaknai Keajaiban