Cinta
Berbicara soal masalah cinta, menurut suatu penelitian, cinta itu ada titik jenuhnya. Ternyata bukan karena faktor bosan, tetapi
memang ada kaitannya dengan kinerja reaksi di dalam tubuh. Zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta, dapat berada pada titik jenuh. Bahkan menurut penelitian ini, jika seseorang hanya mengandalkan reaksi ini, seseorang itu tidak akan bertahan mencintai seseorang Lebih dari 4 tahun. Jadi setelah cinta itu berumur 4 tahun, yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta murni lagi. Mungkin penelitian ini dapat kita kaitkan dengan banyaknya fenomena rumah tangga yang kemudian mulai goyah ketika
masuk di usia pernikahan 4-5 tahun. Bahkan banyak yang sampai bercerai Sebelum mengalami susah payah merintis rumah tangga dalam 5 tahun pertama.
Sebagai seorang muslim, ada hal yang membuat seseorang tetap punya alasan untuk tetap saling mencintai. Karena kalau berbicara tentang kinerja otak, ternyata rasa tergila-gila pada saat awal merasa jatuh cinta
ini memang diaktivasi dari komponen otak seperti dopamin, oksitosin, dll yang membuat seseorang itu merasa bahagia, berbunga-bunga, berseri. Mungkin, kita juga pernah merasakan di masa muda saat menaruh perhatian terhadap seseorang. Meskipun saat itu kita sudah berusaha menundukkan pandangan, tetap saja ada perasaan sesuatu jika kita sering
berjumpa, berdiskusi, berhubungan, dll. Nah, artinya itu adalah sesuatu yang wajar.
Namun cinta karena Allah akan menghasilkan pola hubungan yang berbeda. Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang kita cintai ini berbuat baik, dan tidak akan berkurang karena orang Kita cintai ini berbuat atau berlaku yang di luar harapan kita. Artinya selalu ada alasan untuk membuat kita itu menerima kelebihan dan kekurangan pasangan yang kita cintai karena Allah. Bahkan masih tetap memiliki alasan untuk tetap bertahan, berjuang, memperbaiki, dan mengembangkan, meskipun ada hal-hal yang mungkin jauh dari di luar harapan atau bayangan pada saat kita membangun cinta.
Beberapa pasangan yang sangat sholihah, dan mencintai karena Allah, bahkan berusaha untuk menyembunyikan rasa sakit demi mempertahankan sesuatu yang dia yakini. Meski saat ini ia tidak mendapatkan kebahagiaan, tetapi ia yakin akan hal yang lebih baik ketika telah kembali pada Allah.
Pertanyaannya apakah pernikahan kita hari ini masih mengandalkan rasa cinta karena reaksi kimia ini?
memang ada kaitannya dengan kinerja reaksi di dalam tubuh. Zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta, dapat berada pada titik jenuh. Bahkan menurut penelitian ini, jika seseorang hanya mengandalkan reaksi ini, seseorang itu tidak akan bertahan mencintai seseorang Lebih dari 4 tahun. Jadi setelah cinta itu berumur 4 tahun, yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta murni lagi. Mungkin penelitian ini dapat kita kaitkan dengan banyaknya fenomena rumah tangga yang kemudian mulai goyah ketika
masuk di usia pernikahan 4-5 tahun. Bahkan banyak yang sampai bercerai Sebelum mengalami susah payah merintis rumah tangga dalam 5 tahun pertama.
Sebagai seorang muslim, ada hal yang membuat seseorang tetap punya alasan untuk tetap saling mencintai. Karena kalau berbicara tentang kinerja otak, ternyata rasa tergila-gila pada saat awal merasa jatuh cinta
ini memang diaktivasi dari komponen otak seperti dopamin, oksitosin, dll yang membuat seseorang itu merasa bahagia, berbunga-bunga, berseri. Mungkin, kita juga pernah merasakan di masa muda saat menaruh perhatian terhadap seseorang. Meskipun saat itu kita sudah berusaha menundukkan pandangan, tetap saja ada perasaan sesuatu jika kita sering
berjumpa, berdiskusi, berhubungan, dll. Nah, artinya itu adalah sesuatu yang wajar.
Namun cinta karena Allah akan menghasilkan pola hubungan yang berbeda. Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang kita cintai ini berbuat baik, dan tidak akan berkurang karena orang Kita cintai ini berbuat atau berlaku yang di luar harapan kita. Artinya selalu ada alasan untuk membuat kita itu menerima kelebihan dan kekurangan pasangan yang kita cintai karena Allah. Bahkan masih tetap memiliki alasan untuk tetap bertahan, berjuang, memperbaiki, dan mengembangkan, meskipun ada hal-hal yang mungkin jauh dari di luar harapan atau bayangan pada saat kita membangun cinta.
Beberapa pasangan yang sangat sholihah, dan mencintai karena Allah, bahkan berusaha untuk menyembunyikan rasa sakit demi mempertahankan sesuatu yang dia yakini. Meski saat ini ia tidak mendapatkan kebahagiaan, tetapi ia yakin akan hal yang lebih baik ketika telah kembali pada Allah.
Pertanyaannya apakah pernikahan kita hari ini masih mengandalkan rasa cinta karena reaksi kimia ini?
Komentar
Posting Komentar
Thanks for reading. Sharing is caring