Metamorphosis Diri

Bismillah

Kehidupan seseorang akan berubah saat memasuki sebuah pernikahan. Kita pastinya akan melakukan banyak penyesuaian dengan pasangan. Yang tadinya semau sendiri, mulai ada keharusan meminta izin kepada suami bagi sang istri. Bagi sebagian orang terutama saya ada rasa yang begitu berat saat harus berubah dari single menjadi istri. Karena waktu single selalu bebas melakukan banyak hal yang disukai dan bekerja serta berkomunitas di jajaran pimpinan. Setelah menjadi istri tentu saya adalah makmum. Suami imam. Yang harus ditaati apapun perintahnya selama itu dalam koridor kebenaran. Masa-masa berat itu meskipun terlewati tetap masih harus banyak belajar.

Tak lama setelah itu status saya pun berubah menjadi bumil lalu busui.
Melahirkan anak pertama adalah fase perubahan kedua dalam pernikahan. Berubah, jadi ada yang manggil mama. Suami dipanggil ayah. Bahagia?bangettttt. Namun rasanya saya tak siap jadi seorang ibu. Tak siapnya? Tak siap menghadapi "mommy shaming". Diawal masa-masa pasca melahirkan ada banyaaaak banget penyesuaian pengasuhan anak dengan orang-orang di rumah. Itu sangat membuat saya stress. Saya baby blues. Sering nangis, sering marah, jutek sama orang, marah-marahin suami. Astagfirullah. Saya harusnya lebih siap mental dengan perubahan menjadi seorang ibu. Banyak sekali pemicu kenapa saya baby blues. Berawal dari sufor. Bumer entah kenapa ingin sekali cucunya minum sufor. Dan beli banyak sekali botol susu. Tapi bayinya gamau pake botol. Sayapun gamau pake sufor. Namun tak semudah itu, cibiran demi cibiran terus berdatangan. Saya pun ga paham kenapa gasuka saya menyusui anaknya.

Kedua, soal jam tidur bayi. Karena dirumah banyak anggota keluarga sehingga semuanya ingin main sama anak kami, wajar sih karena cucu pertama juga, tapi jam tidur tidak bisa saya toleransi. Kasian bayi terlalu banyak stimulasi, terlalu cape, terlalu sering gendong dari orang satu ke yang lain nya. Masya Allah sebagai ibu baru sungguh hal itu menguras pikiran banget. Apalagi sambil dengerin omomgan gaenak seperti " belum ngantuk udah diajak tidur" saya sebagai ibu banyak hal yang ingin dilakukan ke anak sebelum tidur seperti membacakan buku, mendongeng, ngaji, bercerita, berdoa, dll. Namun itu suit dilakukan karena jika dikamar masih ada suara bayi maka orang-orang akan masuk kamar sehingga sering mengunci pintu kamar dan ini pun memicu omongan gaenak .Huaaa masa-masa baby blues itu panjang sekali. Mungkin sampai MPASI dimulai. Selama MPASI pun banyak sekali perdebatan. Ya Allah inilah mulai stress soal berat badan anak.

Astagfirullah. Menjalani peran baru di tempat yang memusingkan kepala benar-benar membuat depressi. Nangis dan nangis. Saya sering loh nangis sambil gendong anak.

Menjadi seorang ibu itu bukan hanya focus mengurus bayi, memandikan, menyusui, ganti popok, dll. Menjadi seorang ibu itu tetap harus mengurus suami. Meskipun memang prioritas menjadi belok ke anak. Tapi suami tetap harus diperhatikan. Namun banyaaak banget perubahan dalam hal pelayanan terhadap suami. Ini pun sangat mempengaruhi hubungan keharmonisan dengan pasangan. Kuncinya management waktu. Namun rasa capek lelah habis tenaga memang membuat
Kualitas bersama pasangan menjadi berubah. Harus segera kembali menyesuaikan diri. Bagaimana menjalani peran sebagai ibu dan sebagai istri. In pun tidak mudah. Dunia seakan belum berpihak pada saya. Terasa himpitan demi himpitan di dada.

Apa yang harus dilakukan untuk tetap waras sebagai istri dan ibu?lakukan cara ilahiyah. Tahajud, dhuha, tilawah, shalat. Kuatkan ubudiyahnya. Kuatkan hubungan dengan Allah nya. Eh ini bukan sedang menggurui namun mengingatkan diri. Bahwa jika semua proses metamorphosis diri ini hanya seorang diri, maka akan berat. Libatkan selalu Allah. Serahkan ke Allah. Biarkan Allah mengontrol hidup kita. Gantungkan segala nya kepada Allah. Semua orang Allah yang genggam hatinya.
Laahaula walakuwwata illabillahilaliyyiladzim.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENGATASI SAKIT SAAT MENSTRUASI DENGAN ENEMA KOPI

Fokus Kekuatan, Siasati Kekurangan!

Memaknai Keajaiban