Cintai yang Kamu Miliki
"Saya tak harus menjadi hujan deras membasahimu dari keringnya hari yang kau jalani, saya hanya berharap dapat menjadi gerimis membasahi bumi, yang kau rasakan sejuknya tanpa membuatmu berlari, membasahimu tanpa kamu sadari"
kutipan dalam kata pengantar salah satu buku Ustadzah Halimah Alaydrus.
Saat membaca ini di bukunya, hati saya ko geer ya, berasa ditujukan ke saya gitu. Baiknya Ustadzah, pedulinya Ustadzah, sayangnya Ustadzah terasa banget ke hati. Rasa memang hanya bisa ditularkan oleh rasa. Tanpa disadari, Ustadzah Halimah sudah memenuhi hati saya.
Jumpa dengan yang di rindu sungguh sangat membahagiakan. Pagi ini di Grand Royal Residence, Allah rupanya menyiapkan tempat duduk terbaik. Dekat sekali, sehingga saya bisa menatap wajah Ustadzah dengan jelas. Alhamdulillah. Keajaiban ada bagi mereka yang percaya.
Kemarin, Ustadzah menyampaikan bahwa godaan setan itu bukan melulu tentang ajakan tidak taat ibadah. Namun bisikan tentang “suami saya kok begitu ya, gak kaya suami orang” Padahal Rasulullah menyampaikan bahwa istri terbaik itu bukan istri yang paling cantik, paling pinter masak, paling jago urusan ranjang, bukan. Namun istri terbaik yaitu yang selalu tersenyum di hadapan suami. Ridho sama suami. Itulah istri yang profesional di hadapan Allah.
Di Grand Royal ini, beliau menuturkan bahwa hidup di dunia ini tidak mudah. Semuanya di uji termasuk para Nabi. Kenapa ya Ustadzah hidup di dunia itu gak mudah? Karena dunia bukan tujuan. Dunia tempat mencari bekal. Tujuan sesungguhnya kita adalah akhirat. Surga.
Surga itu mahal. Surga itu indah. Harus dibayar dengan nominal-nominal ketaatan. Harus dibayar dengan saldo-saldo pahala. Masuk kedokteran UI aja ujiannya gak mudah apalagi masuk surga. Masya Alloh,Ustadzah benar-benar seperti gerimis yang membasahi bumi, bikin adem pikiran.
Tak hanya itu, ini yang saya tunggu-tunggu. Caranya.
Bagaimana caranya agar mampu mengumpulkan saldo pahala di dunia. Kata Ustadzah, bagaimana kita bisa memberikan respon terbaik kepada keluarga. Karena ujian itu datangnya dari orang terdekat.
3 kunci menghadapi orang yang ga mudah dihadapi.
1. Maafkan
Mesti gede maafnya. Kesabaran bukan abis tapi kurang banyak. Sekurangnya sabarnya mesti 1000, kalau dipake 1 sisanya masih banyak. Maafin lagi. Maafin lagi. Salah 36x, Maafin lagi. Karena masih punya 974 sabar. Gapapa. Sabar. Kalau bikin salah maafkan. Ayah bikin salah maafin, ibu bikin salah maafin. Adek bikin salah maafin. Anak kamu bikin salah, maafin. Suami kamu bikin salah maafin. Yang banyak maafnya. Yang gede maafnya.
Siapa yang gampang maafin, bakal gampang dimaafin sama Alloh. Salah kita banyak. Maka terhadap orang yang salah ke kita, Maafin. Batas sabar saat kamu mati. Kalau udah meninggal, habis kesabarannya. Bahagiakan saya ya Allah sebelum sabar saya habis. Yaitu ketika datang ajal menjemput.
2. Maklumi
Ngertiin. Pahami. Itu jauh lebih indah. Jauh lebih lega hatimu daripada kamu cari-cari penyebabnya. Kalau ada konflik di keluarga nyari siapa yang salah, itu kayak nyari ayam atau telur duluan. Gak ketemu-ketemu.
Harap maklum. Kita ga bisa tukar suami, anak, keluarga, maklumin aja. Keluarga kita hadiah indah yang Allah berikan untuk kita.
Gak ada yang sempurna. Gak ada yang ideal. Yang sempurna hanya 1 namanya Alloh. Manusia yang sempurna hanya 1 namanya Nabi Muhammad. Sisanya enggak ada yang sempurna, harap maklum.
Biasa saja. Dunia. Nanti kalau di surga baru semuanya saling memahami. Saling bahagia. Ucapan-ucapan yang menyenangkan saja. Jadi kalo suami ga menyenangkan, kamu ingetin saja hati kamu, MASIH di DUNIA. BELUM DI SURGA.
3. Sayangi
Kamu yang paling pantas menyayangi orang tuamu. Orang tuamu kalau bukan kamu yang sayang, siapa lagi. Kamu yang harus paling sayang sama saudaramu, kamu harus sayang sama mertuamu jangan cuma mau sama anaknya. Kamu harus sayang sama semua orang yang terkait denganmu. Itu adalah pilihan Allah yang Alloh bagi denganmu. Yang kamu punya, Sayangi. Bagian dari sayang yaitu dengan mendoakan. Doakan kebaikan untuk keluarga.
Alhamdulillah, Allah Ta'ala Maha Tahu apa yang saya butuhkan. Ketika pikiran, perasaan dan hati sedang tidak mudah, selalu Allah berikan penawar melalui apa yang ditemui, kiriman cinta Allah. Ya Allah titip Ustadzah Halimah Alaydrus. Saya mencintainya karenaMu ya Rabb. Tolong jaga beliau, dimanapun beliau berada.
Pertemuan ini adalah rezeki terbesar dalam hidup saya. Pertemuan bukan sembarang pertemuan, namun pertemuan yang mempertemukan dengan Rasulullah. Bukankah rindu terbaik adalah rindu kepada Rasulullah?
Setiap Mahalul Qiyam, ustadzah selalu mengajak untuk fokus, tinggalkan semua urusan duniawi, fokus sampaikan shalawat kepada Rasulullah, semoga Rasulullah hadir ketika hati kita tulus, ketika hati kita hadir. Adakah pertemuan seindah ini?
Semakin lengkap hari ini ketika Allah izinkan saya bertemu Jidah yang dirindu. Hari ini melihat jidah rasanya kaya ketemu ibu saya, rasanya sama persis. Cukup memeluknya, dan semua rasa tak nyaman berganti dengan ketenangan. Cukup berada disampingnya, dunia dan seisinya tak ada artinya lagi. Jidah…terima kasih sudah jadi ibu bagi saya, bagi kami. Semoga Allah selalu memuliakanmu. Aamiin.
Tentu saja, Ustadzah Ummu Muhammad pun selalu saya nantikan. Alhamdulillah siang ini Allah izinkan jumpa dalam kebaikan. Semoga Allah jaga Ustadzahku dan keluarganya. Aamiin.
Mudahkan saya untuk hadir di setiap kajiannya ya Allah. Aamiin.
Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad.
Komentar
Posting Komentar
Thanks for reading. Sharing is caring