Selfie? No More!

 Bismillahirrahmanirrahim 

Saya paling suka selfie. Terutama sama orang-orang terdekat. Setiap momen, setiap ketemuan, selfie seolah jadi agenda wajib. Dan ada rasa kecewa saat tidak mudah mengajak pasangan untuk selfie.


Sampai akhirnya, ada seseorang yang mengubah mindset saya banget soal Selfie. Siapakah dia? Guru saya, Ustadzah Ummu Muhammad Alaydrus.


Di pengajian yang bertempat di rumah Eyang Yeni, Permata Hijau, Ustadzah menyampaikan.


"Bu, tolong jaga apa yang selama ini saya jaga yaitu untuk tidak memfoto dan video, jadi tolong jangan foto dan video ke arah saya, jidah atau semua yang bercadar. Jika sudah terlanjur foto atau video tolong di hapus! Tapi tolong jangan hapus saya dari hati ibu! Insya Allah di akhirat kelak kita termasuk salah satu yang dinaungi Allah disaat tak ada satupun naungan selain naungannya Allah. Aamiin. Yaitu orang-orang yang saling mencintai karena Allah, berjumpa karena Allah dan berpisah karena Allah. Jadi tak perlu foto ya bu, boleh foto video tapi ke tanaman atau objek lainnya. siap bu?"


"Siaaappp!" Jawab ibu-ibu kompak.



Trenyuh hati saya mendengar hal ini. Betapa saya sayang sama Ustadzah, dan biasanya saya selalu ingin foto bareng dengan orang yang saya sayang. Tapi kini cara sayangnya berbeda. Yaitu dengan menghargai privasi beliau, dengan tidak mengambil fotonya apalagi ngajak beliau selfie. Saya berjanji dalam hati untuk menjaga hal itu. 


Sampai pernah, suatu hari di Kajian Akbar Ustadzah Halimah Alaydrus, ada seseorang yang duduk tepat di depan saya, mengambil foto ke arah Ustadzah Ummu Muhammad Alaydrus dan itu pertama kalinya saya merasa sakit sekali dan tidak rela. Bagaimanapun caranya, saya minta ibu itu untuk menghapusnya meskipun lapor panitia.


Bisa menatap dan ditatap oleh beliau saja itu sudah sangat membahagiakan. Inilah cara selfie versi baru saya. Saling berpandangan dan senyum dengan penuh kasih sayang karena Allah. Karena itulah saya selalu rindu hadir di Majelis Ilmunya. 


Dan inilah yang membuat saya, akhirnya bisa menerima dengan lapang dada jika suami tidak mau diajak selfie. Alhamdulillah sudah Bahagia Tanpa Syarat. Mindset saya berubah, selfie itu jadi hal yang gak penting. Gak papa toh gak selfie juga.  Saya sudah tidak membuat syarat lagi untuk bahagia. Saya percaya, suami saya punya caranya sendiri untuk mencintai saya. Dan goalnya sekarang adalah bisa masuk surga bareng suami dan anak bersama Rasulullah dan orang-orang soleh. Aamiin.


Saya baru-baru ini menemukan alasan kenapa tidak boleh selfie dari penjelasan Habib Umar Bin Hafidz, beliau menyampaikan bahwa selfie itu mengurangi bekas wudhu di wajah kita, sedangkan Rasulullah kelak di akhirat mengenali kita dari bekas wudhu. Jadi pesan beliau, jangan suka selfie. Allahuakbar. Enaknya punya guru salah satunya ini. Hidup ada yang mengarahkan. Alhamdulillah, doakan saya istiqomah ya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENGATASI SAKIT SAAT MENSTRUASI DENGAN ENEMA KOPI

Fokus Kekuatan, Siasati Kekurangan!

Memaknai Keajaiban