New Life



Namaku Bintang. Hari ini aku berusia 5 bulan 9 hari. Masih melekat dalam ingatan bagaimana proses seorang aku dilahirkan untuk kedua kalinya. Saat itu dokter dan suster merawatku dan membimbingku dengan sangat telaten.

Suara pertama yang kudengar saat terlahir adalah suara malaikat yang berbisik lembut ditelingaku “nak, kuat ya, kuat!” belum sempat kulihat dunia dengan jelas, seseorang dengan suara itu sudah berlalu. Aku sangat tahu, itu suara ibuku. Rasanya aku ingin membalas “terima kasih, sekarang aku benar-benar akan kuat seperti yang kau harapkan.”

Aku mulai membuka mataku, pelan. Tepat didepan sana yang kulihat adalah  jarum jam yang berdetak sangat pelan menunjukkan angka 3. Percaya atau tidak, hanya jarum jam itu yang bisa aku jangkau untuk aku lihat. Selain itu, aku hanya baru bisa mendengar suara. Entah suara siapa, namun aku tahu ruangan ini hanya dihuni oleh dokter dan suster yang kompeten dan gesit dalam bertindak. Yup, suara mereka bisa aku dengar dengan jelas. Setiap detik mereka begitu sibuk untuk merawat aku.


“Sakit? Sabar yaaaa...” Suara Dr. Rubi sesaat setelah mengecek selang dan monitor yang tersambung denganku. Suara lembut itu, kata-kata itu....otomatis memberikan suntikan semangat luar biasa untukku terus bertumbuh dengan baik. Meski aku tak sempat membalas kata-katanya namun aku yakin dokter spesialis jantung paling senior di RSCM itu tahu dari monitor yang terpampang jelas disampingku itu. The computer clearly said “All Iz Well Now, thank you”

1 jam berlalu, aku sudah boleh diberikan nutrisi tambahan selain dari selang-selang infus. Suster disana begitu gesit memberikan pelayanan dan selalu bertanya apa yang aku rasakan. Mereka selalu mengecek perkembanganku, aku tak begitu mengerti dengan apa yang mereka lakukan, mereka selalu melihat semua alat-alat disamping kiriku yang tak pernah bisa aku intip. Well, I realized they are the expert. Sahabatku yang setiap detiknya aku lihat dengan jelas hanyalah jam dinding, tak sedetak pun aku melewatkan dia bergerak. Suster yang berkerudung biru dongker itu selalu menyapaku selang berapa menit. Tak lama setelah suster itu meninggalkanku, seorang dokter laki-laki menghampiriku dan melepaskan satu selang besar yang terhubung dengan mulutku. Sakit? Tidak, karena semua proses pelepasan itu begitu cepat. Aku sempat berpikir, apakah aku hidup di zaman dimana teknologi telah secanggih ini? Segalanya bisa dilakukan dengan sangat cepat.

Pukul 4 dini hari, ruangan ini masih sunyi, kondisi ini membuatku dengan mudah bisa mendengar suara langkah kaki yang mulai masuk membuka pintu. Suster Reni, suster yang mendampingiku saat pertama kali melihat jarum jam diangka 3 itu menjengukku. Dia tersenyum bahagia melihat kondisiku yang kian membaik dan tumbuh sehat. “Sabar ya...sebentar lagi kita akan bersama di ruangan lain.”



Tepat 20 jam aku berada diruangan penuh peralatan super canggih tersebut.   Kini aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada sahabat setiaku, jam dinding besar berwarna putih, dengan angka hitam. “Hey, jangan bersedih, disini kau selalu punya peran.”kataku sambil meninggalkan pintu.

Dr. Rubi adalah dokter spesialis jantungku. Aku baru bisa melihatnya dengan jelas saat menempati ruangan baru. Penampilannya sungguh jauh dari usianya yang menginjak 60 tahun seperti yang suster reni pernah ceritakan, beliau selalu terlihat cantik dan energik. Tak ada keriput di wajahnya, suaranya yang lembut penuh kasih sayang dan perhatian yang, ahg bagiku...itu adalah obat paling mujarab didunia ini.

Tepat jam 7 pagi, langkahnya sudah terdengar mendekati komputer yang masih setia bersamaku. Seperti biasa dengan lembut beliau bertanya, “Apa kabar?” dan yaa....apa yang terbaca dilayar akan menjawab pertanyaan itu. Setelah itu dr. Rubi akan mengunjungi teman-temanku yang berada diruangan ini.

Seperti itulah hari-hariku selama sembilan hari disana. Di ruangan yang banyak selang infus dan monitor. Dr. Rubi menyampaikan bahwa aku sudah siap menjalani hari-hari ditempat lain, meskipun beliaumemberikanku beberapa obat yang harus aku konsumsi rutin dan mengunjunginya setiap satu bulan sekali.

Di rumah

Ibuku adalah sahabatku. Sahabat yang selalu perhatian ini selalu meluangkan waktunya untuk menemaniku. Kata ibu suatu hari “Wajar saat masa pemulihanmu akan ada rasa sakit sedikit seperti ini.”
Ibuku sering membacakan Al-quran dan bercerita tentang isi Al-quran. Di Al-quran Allah berfirman bahwa Allah mampu menciptakanku dalam bentuk yang paling baik, yaitu diciptakan dengan kokoh, seimbang, tidak cacat, dibentuk dengan ukuran serapih-rapihnya serta dibaguskan rupanya.

Saat itu sebenarnya aku masih merasa nggak yakin untuk jauh-jauh dari dokter dan suster. Bagaimana aktivitasku?apa yang harus aku lakukan?....banyak sekali tanya dalam benakku. Ibuku kini tak pernah jauh dariku, selalu ada setiap saat. Karena aku bahkan tak mampu memakai baju sendiri.

Alhamdulillah aku tenang dan menikmati setiap hari yang aku jalani dirumah.
Malam itu hujan enggan berhenti, Ibu memperpanjang tilawahnya kemudian beliau membacakan terjemahan al-quran kembali,  katanya Allah itu menciptakan makhlukNya bukan main-main tanpa tujuan dan guna (QS. 21 : 16).
“Termasuk bagaimana proses pertumbuhanmu, banyak hal yang belum bisa kau lakukan sendiri, semua makhluk Allah memang teramat sangat lemah. Itu bukti bahwa hanya Allah-lah Yang Maha Kuat. Maha Perkasa. Namun Allah selalu ada untukmu, menjagamu, memperhatikan 24 jam nonstop. Allah akan terus membimbingmu bagaimana menjadi duta yang benar. Ingatlah selalu Bintang bahwa kamu diciptakan bukan main-main, tapi dengan suatu tujuan”

“Jadi aku terlahir sebagai bagian dari duta Allah?”Tanyaku setengah tak percaya.
“yup”Jawab ibu sambil mengangguk.
“lalu apa yang harus bintang lakukan, bu?”tanyaku penasaran.

“Dimanapun berada, selalulah menebar kebaikan. Seperti dr.Rubi yang begitu care ke pasiennya, membuat pasien nyaman dan mau diobatin. kebaikan Dr.Rubi menyadarkan banyak orang termasuk orang tua pasien bahwa Allah itu Maha Rahman dan Rahim.”ibu semakin semangat menjelaskan.

Ibu mengambil air minum kemudian melanjutkan. “Kalau kau jadi suster, jadilah seperti suster Reni. Yang begitu tulus merawat pasien. Selalu tersenyum dan mengajak pasien untuk tetap senyum saat sakit, karena itu akan mempercepat pemulihan. Ketulusan suster Reni membuat banyak orang lebih mengenal Allah, lebih cinta sama Allah. Karena yakin bahwa Allah lah yang Maha Rahman dan Rahim sudah menghadirkan suster sebaik itu yang selalu membantu dan memudahkan urusan setiap orang.”

“Berprofesi jadi apapun selama itu halal boleh, kalau kau jadi Profesor, jadilah seperti Profesor Ahmad yang bukan hanya membimbing thesis mahasiswanya namun memberikan pemahaman bahwa bukan hanya lulus yang dikejar. Namun harus dapat pembelajaran dari mengerjakan penelitian itu. Yang membuat mahasiswa sadar bahwa hidup bukan hanya soal ini, yang memberikan nasehat kepada mahasiswanya”Jangan khawatir, pasti beres asal mau kerja keras, harus belajar tanggung jawab, kenapa saya ga bisa lulus?tanya ke diri, kemana aja selama ini?waktunya dipake buat apa?”Nah gitu....”Kata ibu.

“Tunggu sebentar, tadi Prof Ahmad bilang apa?waktunya dipake buat apa?”Aku tiba-tiba diam.

“Iya, kenapa bengong gitu?”

“Waktuku dipakai buat apa selama ini, bu?”

Namaku Bintang, aku beserta langit dimana tempatku bersinar. Langit yang begitu luas, dia beri aku tempat dimana mereka disana bisa melihatku bersinar. Kembali bertanya kelak cerita apa yang akan mereka sisipkan ketika matanya memandang luas dilangit malam kala ku bersinar.

Bu, kini ku temukan kompas dalam hidupku karena cerita-ceritamu selama ini. Tak ada kata yang bisa mewakiliku saat ini selain terima kasih, untuk semua yang kau berikan. Waktu, perhatian, ketulusan, pengertian, kesabaran yang tak bertepi, selalu mendengarkan keluh kesahku, mengusap air mataku, untuk semua kesempatan yang kau beri, untuk mengajakku mengenal rabbku sehingga aku bertumbuh dengan lebih tenang. Terima kasih untuk menjadi pahlawan dalam hidupku. Semoga Allah merahmatimu selalu, ibu.




Komentar

Posting Komentar

Thanks for reading. Sharing is caring

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENGATASI SAKIT SAAT MENSTRUASI DENGAN ENEMA KOPI

Fokus Kekuatan, Siasati Kekurangan!

Memaknai Keajaiban