Saat Berharga untuk Anak Kita, Mohammad Fauzil Adhim
Review buku “SAAT BERHARGA UNTUK ANAK KITA”
Mohammad Fauzil Adhim
Dari beberapa referensi buku
parenting rasanya buku inilah yang paling membekas di hati saya. Yang paling
berperan dalam menggembleng jiwa saya dalam fase hidup sebagai calon ibu. Ah
apik sekali penulis menyajikan cara praktis mengasuh anak dalam buku ini. Buku
ini berisi banyak hikmah tentang parenting. Buku yang meyakinkan saya bahwa
masa kecil anak-anak adalah waktu yang sangat berharga untuk membangun kekuatan
emosi, menciptakan pola komunikasi antara orang tua dan anak sebagai saluran
untuk mengisi ruang jiwa mereka, juga tentang pentingnya menata niat kita dalam
mendidik anak. Buku ini juga mengajak orang tua untuk menyiapkan generasi di masa
depan karena sesungguhnya anak-anak kita dilahirkan untuk zaman yang akan
datang karenanya mereka harus kita beri bekal yang tepat mereka juga harus
memiliki jiwa yang kuat.
Waktu kita sangat pendek
Anak-anak itu tak selamanya
kecil. Pada saatnya mereka akan tumbuh dewasa, mandiri dan berkeluarga. Kalau
mereka sudah menikah tak ada lagi kesempatan bagi kita meniupkan balon, bermain
petak umpet, membacakan buku cerita atau menggambar bersama mereka. Betapapun
inginnya kita, tak ada lagi waktu yang pantas untuk membuatkan telor ceplok
dengan bentuk-bentuk lucu. Kita juga sudah tak mungkin lagi menyuapi mereka
seraya bercanda dan memuji gambar bikinannya yang lebih mirip lidi berserakan.
Ya....anak-anak itu tak selamanya
kecil, bila Allah beri kita umur panjang, sebelum habis kekuatan kita untuk
berjalan dengan tegak dan berbicara dengan suara lantang, anak-anak kita yang
kemarin merengek meminta perhatian kita itu mungkin sekarang sudah sibuk
memenuhi jadwal kegiatannya yang sangat padat.
Saat anak kita lahir, mereka
benar-benar bergantung ke kita. Mereka benar-benar amat memerlukan kehadiran
kita, sentuhan tangan kita, dekapan ikhlas kita, serta kerelaan kita untuk
menyapa mereka seraya menatap matanya yang jernih dengan penuh cinta. INILAH
SAAT PALING BErHARGA UNTUK ANAK KITA.
Saat usianya memasuki remaja,
posisi kita semakin lemah. Mereka lebih mendengar temannya daripada orang
tuanya sendiri. Kata-kata orang tua tak lagi berharga, KECUALI jika kita telah
menabung kedekatan dan penghormatan semenjak mereka masih balita. jika
anak-anak kita tidak menaruh penghormatan yang tinggi kepada orangtuanya, maka
gurauan teman jauh lebih mereka dengar daripada sapaan paling tulus dari orang
tua.
Sesudah berlalu masa remaja, tak
lama mereka akan menikah. Inilah masa ketika dulu anak anak merindukan bapaknya
itu sudah benar-benar mandiri. Mereka tak lagi memerlukan orang tua kecuali
jika IMAN menancap kuat di hati mereka. Inilah yang menjadi KEKUATAN dalam diri
mereka untuk berkhidmat pada orang tua.
Akan tetapi....
Mereka yang telah menyemai
keyakinan, kebaikan dan kemuliaan, sesungguhnya tetap hidup kebaikannya.
Melalui anak-anak yang kuat karakternya, tinggi harga dirinya, kokoh percaya
dirinya, besar cita-citanya, dan jiwanya senantiasa rindu untuk melakukan amal
yang terbaik. Maka shalih dulu baru doa. Cerdasnya otak sama sekali tak bisa
menolong apabila jiwa mereka hampa. Kosongnya jiwa membuat sebanyak apapun
nasehat kita berikan, hanya tersimpan rapi dalam pikiran. Ia tidak memberi
pengaruh pada tindakan apalagi kehidupan.
Maka apakah yang sudah kita
lakukan untuk mengisi ruang jiwa anak kita?
Tentang mencintai anak Rasulullah
SAW Bersabda “Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka. Bila menjanjikan
sesuatu kepada mereka, tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya
kamulah yang memberi rezeki.” (HR. ATHahawi)
“Barangsiapa tidak menyayangi,
dia tidak akan disayangi. (HR. Bukhari)
Untuk membentuk pribadi yang
kokoh, orang tua bisa :
-
Bermain dengan anak
-
Menyayangi mereka
-
Bermain kuda kudaan
-
Membuat rumah rumahan dari tanah liat
-
Mencintainya tanpa syarat
-
Tidak berbohong
-
Menepati janji
-
adil
-
Karena dengan semua ini kebutuhan psikis anak
terpenuhi.
Penelitian-penelitian psikologi
menunjukkan, masked deprivation atau kelaparan terselubung terhadap kasih
sayang seorang bapak cenderung melahirkan anak anak yang menderita:
-
Kecemasan
-
Menimbulkan rasa tidak tentram
-
Rendah diri
-
Kesepian (meski ditengah keramaian)
Astagfirullah....
Orang tua ingin disayang oleh
anak-anaknya ketika tua tetapi tidak pernah menanam cinta dan kasih sayang.
ALANGKAH SIA SIA...........
Apakah yang engkau harapkan
ketika mengusap kening anakmu?apakah yang engkau inginkan saat memberinya
nasehat?jika yang engkauinginkan atas semua yang engkau lakukan adalah balas
budi saat usiamu telah tua dan tubuhmu telah renta. Maka izinkan aku
bertanya”Apakah yang bisa engkau jaminkan atas dirimu bahwa engkau akan
memasuki masa tua?”
Subhanallah, alangkah sering mata
kita terkelabui oleh yang semu. Kita menginginkan mereka mendengar setiap
perkataan kita, tetapi kita lupa belajar mendengar suara nurani mereka. Kita
ingin anak-anak kita cerdas, energik dan kreatif, tetapi kitalah yang pertama
kali membunuh bakat-bakat mereka, inisiatif-inisiatif mereka dan bahkan kebaikan-kebaikan
mereka.
1.
MEMBANGUN
JIWA ANAK
Banyak orang tua yang memiliki
banyak waktu di rumah, tetapi anak-anak tak merasakan kehadirannya. Mereka
banyak melakukan kegiatan bersama-sama tetapi tanpa kebersamaan. Mereka sama
sama memelototi tv di tempat yang sama tapi pikiran mereka sibuk sendiri
sendiri. Mereka duduk saling berdekatan, namun tidak menjalin kedekatan.
Sebabnya mereka hanya saling dekat secara fisik bukan saling dekat secara
emosi.
Banyak hasil riset yang
menunjukkan bahwa kedekatan emosi yang aman (secure attachment) antara anak dan
orang tua sangat berpengaruh terhadap penerimaan diri, harga diri dan percaya
diri anak nantinya. Sementara percaya diri sangat berpengaruh terhadap
kecakapan untuk menyesuaikan diri secara tepat dengan lingkungan dan kemampuan
bersikap tegas. Anak-anak yang percaya dirinya rendah cenderung mudah
dipengaruhi oleh lingkungan termasuk pengaruh yang paling buruk. Mereka kurang
berani bersikap tegas karena khawatur kehilangan teman atau takut menghadapi
ancaman. Selain itu anak-anak yang percaya dirinya rendah cenderung kurang
mampu belajar dengan baik. Mereka mungkin memiliki IQ yang tinggi, tetapi tidak
memiliki sense of competence (kesadaran tentang kemampuan) yang baik sehingga
merasa tidak mampu. Mereka tidak memiliki efikasi diri yang kuat, sehingga
cenderung mudah surut langkahnya ketka menghadapi kesulitan. Sementara ketika
berhasil melakukan pekerjaan dengan baik, mereka tidak memiliki keyakinan bisa
melakukan hal yang sama di lain waktu atau menganggapnya sebagai hal biasa yang
tak bermakna.
Selain mencerdaskan otaknya,
salah satu bekal yang harus kita berikan kepada anak-anak kita adalah kedekatan
emosi yang hangat. Mereka bahagia jika berdekatan dengan kita, bukan karena
uang yang kita berikan, tetapi karena waktu yang yang kita luangkan untuk
bercanda dan berbincang bersama mereka.
Anak akan curhat ke siapa?
Kedekatan yang hangat membuat
anak akan lebih mendengar kata-kata kita. Kedekatan itu lebih terasa lagi
pengaruhnya ketika anak kita beranjak remaja. Kepada siapa mereka mencurahkan
isi hatinya mengungkapkan masalahnya, dan mencari jalan keluar dari persoalan
hidupnya sangat di pengaruhi oleh kedekatan emosi mereka. Mereka takkan mencari
oranng tua mereka jika tidak ada kedekatan emosi yang kuat. Mereka hanya akan
mempercayakan masalahnya kepada orang yang dirasakannya bisa menjadi sahabat
dan sekaligus memiliki kredibilitas untuk menjaga harga diri dan memecahkan
masalah.
Masalahnya adalah, kita hampir
tidak mungkin membangun kepercayaan pada diri mereka jika tidak ada kedekatan
emosi ketika mereka masih kecil. Mereka mungkin tetap hormat, tetapi bukan
percaya.
Lalu apa tugas sebagai orang tua untuk membangun jiwa anak?
Sudah saatnya mengubah cara kita
bersikap terhadap anak. Kita perlu belajar lebih positif dan lebih bersahabat
dengan anak-anak kita. Agar bisa lebih akrab dengan mereka, tidak bisa tidak
kita harus secara sengaja meluangkan waktu buat mereka.
Apa yang kita lakukan dengan waktu kita bersama anak?
Pertama, menjalin kedekatan dengan mereka. Bercermin dari
Rasulullah yang bermain kuda-kudaan dengan cucunya, memanjangkan sujudnya
tatkala al-Hussain menaiki punggungnya, menyapa akrab anak-anak yang sedang
bermain, bercanda dengan mereka,
Kedua, membangun kredibilitas kita sebagai orang tua.
Membangun kredibilitas sebagai
orang tua lebih sulit dibanding membangun kredibilitas sebagai guru.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah dan lhendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Qaulan
sadiida) “(QS. An-Nisa (4) : 9)
Berawal dari berkata benar akan
muncul kredibilitas. Kuatnya kredibilitas akan membangkitkan kepercayaan.
Caranya?ibu mengajari anak untuk hormat dan patuh kepada ayah, sebaliknya ayah
membimbing anak ut taat dan sayang kepada ibu. Ayah berkewajiban untuk
menanamkan kepada anak agar menghormati ibu lebih dari ayah.
Ketiga, membangun keyakinan, arah hidup, cita-cita ideologis anak.
Tidak penting kelak mereka akan menjadi apa, asalkan semuanya dalam kerangka
mencari ridha Allah. Proses pembentukan visi hidup ini berlangsung selama
mereka asyik bercanda dan berbincang dengan kita.
Keempat, mengajarkan aturan hidup kepada mereka.
Agama ini akan mereka rasakan
jika perannya mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menjumpai
aturan agama dalam situasi apapun serta dalam urusan apapun. Artinya agama
hadir bukan dalam shalat dan ibadah ritual saja. Tetapi dalam seluruh aspek
kehidupan.
Bila orang tua memberikan
kepercayaan kepada anak dg cara :
·
Setiap inisiatifnya dihargai
·
Tidak banyak dikecam oleh orang tua dan
lingkungan terdekatnya
·
Saat pertama kali lahir anak langsung diberikan
kepada ibunya untuk disusui, didekap ibunya,
·
Membangkitkan keunggulan mereka
·
Memberi kedamaian pada jiwa dengan memberi kasih
sayang
·
Perhatian yang tulus
·
Keakraban yang hangat
·
Mengecup keningnya saat mereka tidur
·
Mengajak berbincang meski belum bisa bicara
sambil diusap usap
·
Memberikan penerimaan tanpa syarat- anak akan
menerima diri ya sendiri (Self acceptance)
·
Tidak memaki anak
Maka ia akan menemukan harga
diri. Terpenuhi kebutuhan yang paling mendasar pada saat kecil yakni basic
trust (kepercayaan dasar)
Bonding yang kuat antara ibu dan
bayi yang baru lahir akan memudahkan
pengasuhan. anak akan
·
ia menjadi easy baby, maksudnya mudah ditangani,
·
tidak banyak rewel
·
komunikatif.
·
Mudah menyesuaikan diri dengan orang baru
·
Bayi memiliki rasa aman
·
Lebih antusias
·
Persisten
·
Mudah diajak kerjasama
·
Keimanan yang kokoh
·
Self acceptance sehingga mudah bersyukur karena
mampu menerima kekurangan dan kelebihan dirinya.
Bila anak kurang memiliki rasa
aman, jauh sedikit dari orang tua sudah menangis, sehingga hampir hampir orang
tua tidak bisa beranjak karena anak selalu menghendakikedekatan secara fisik
untuk bisa memiliki rasa aman pada tingkat minimal.
Anak yang kurang memiliki rasa
aman akan mengalami hambatan psikologis untuk berinisiatif. Ia juga tidak
memiliki keberanian untuk melakukan segala sesuatu secara mandiri tanpa bantuan
orang tua.ia akan takut menghadapi orang asing.
“diluar kenyataan bahwa kita harus terus mencari ilmu mendidik anak
kita dengan baik dan tepat kita perlu menata hati dan membenahi tujuan. Berilmu saja tak cukup kita mesti memiliki
kekuatan hati untuk bisa ikhlas menerima pipis mereka, kerewelan mereka,
celoteh-celoteh mereka maupun pertanyaan mereka yang tak berehnti mengalir di
saat kita tidak ingin terganggu oleh suara nyamuk sekalipun. Tanpa ada kekuatan
hati, ilmu yang kita miliki tak banyak memberi arti.”
Jiwa yang kurang sehat
Pertengkaran antara suami istri
sejatinya bukan karena masalah rumah tangga namun bersumber dari kondisi psikis
orang tersebut sehingga berimbas kepada pernikahan.
Sekalipun ia mendapat binaan yang
baik (secara agama) namun ia memiliki problem psikologis yang berat. Dan itu
berawal dari pendidikan keluarga yang salah.
Jiwa yang begitu lemah
menyebabkan orang :
·
tidak memapu mengelola emosinya dengan baik,
·
mudah meledak kemarahannya
·
kurang dapat memilah persoalan
·
tidak dapat menghadapi persoalan dengan baik
·
selalu mendapat lingkungan selalu bermasalah
padahal masalah itu ada pada jiwa
mereka sendiri. Bukan pada suami yang dianggap tidak perhatian, atau tidak pengertian.
Penyebab jiwa yang kurang sehat?
-
Komunikasi yang salah dari orang tua
Pola pengasuhan yang buruk ini
pada akhirnya melahirkan anak-anak yang tidak memIliki keterampilan mengelola
emosi serta sulit menyesuaikan diri terhadap perubahan atau perbedaan situasi
maupun lingkungan. Kemampuan memecahkan masalah juga sangat buruk. tidak jarang
orang seperti ini memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap orang
lain karena kondisi psikis mereka yang rentan masalah (fragile).
Orang yang fragile mudah pecah
keseimbangan emosinya, kacau perasaaanya dan sulit sekali berpikir secara
jernih dan logis. Orang fragile akan mudah menimpakan kesalahan kepada orang
lain, mudah mengambil kesimpulan tanpa alasan yang memadai, tetapi pada saat
yang sama ia juga mengutuk dirinya sendiri , berputus asa dan mengamuk. Boleh
jadi ia tidak secara terbuka mengamuk namun ia menyimpan amarah ayng
sewaktu-waktu meledak.
Seseorang yang dapat pendidikan
yang baik dari orang tua namun dikecewakan atau di zolimi oleh lingkungan bisa
menjadi orang yang fragile. diantara
komukasi buruk orang tua yang melemahkan jiwa anak adalah kebiasaan orang tua
mengelabui anak saat berbicara.
Apakah yang di maksud dengan
qaulan sadida? Berkata jujur, benar dan tidak mengelabui, apa adanya dan tidak
berbelit-belit. Berdasarkan ilmu yang jelas.
Secara sederhana qaulan sadida
adalah perkataan yang benar dan tidak menutupi kebenaran.
“Tampaknya sepele, tetapi akibat yang ditimbulkan karena perkataan kita
yang mengelabui bisa tak terduga. Berawal dari perasaan diripu dan dikhianati,
anak belajar tidak percaya kepada orang tua.
Semakin besar ketidakpercayaan itu dirasakan anak, maka ia akan semakin
sulit mempercayai dan menerima kata-kata orang tua, sekalipun itu merupakan
nasihat orang tua yang paling tulus dan jujur.”
Contoh tidak qaulan sadida
“Ayo coba, Nak! Sana lari ke dapur.......itu lihat ada kucing
menggendong anaknya...!” anak kita lari ke dapur, sementara kita segera
melarikan kendaraan karena takut ketahuan anak. Kita merasa anak kita bersenang-senang
dengan kucing tipuan kita, padahal mereka menangis meraung-raung hanya saja
telinga kita tidak mendengar.
Kita mengelabui anak karena takut
kepada tangis anak yang Cuma sebentar, padahal dengan berkata benar, anak
justru berbinar-binar. Kita tidak tahan dengan tangisnya saat ini, tetapi tanpa
kita sadari kita justru menjadikan mereka lebih sering menangis. Atau diam-diam
membuat mereka belajar menggunakan tangisan sebagai senjata.
Berkaitan dengan jiwa yang lemah
ini saya ingin menambahkan dari obrolan dengan sahabat saya.
Hakikatnya allah adalah penguat jiwa hamba-hambanya. Rasul tidak
dibersamai oleh orangtuanya tapi Allah berhasil membimbing rasul lewat
perantaraan malaikat Jibril hingga membentuk jiwa yang bersih, lurus dan kuat.
Memang orang tua akan memberikan warna pada jiwa anak namun hakikatnya Allah
lah yang memelihara dan membimbing. Bedanya, jika orang tua yang membimbing dan
menyiapkan pembentukan jiwa yang kokoh sejak dini akan lebih mudah dibentuk.
Beda lagi jika orang tua tidak mendidiknya sejak dini, saat dewasa baru
dibentuk. Maka butuh perjuangan ektra, energi ektra.
Bersyukur saat dewasa allah bimbing sampai menemukan kebenaran. Islam
membentuk kita, islam menempa lewat pembinaan dan program diaman setiap diri
ditempa agar menajdi duta islam , harus lebih baik secara pribadi, dengan
ubudiyah yang berkualitas.
Hijrah itu butuh proses dan seumur hidup. Berusahalah untuk tidak mudah
melepas emosi ke orang lain, ingat nanti mereka akan melihat kita dan apa yang
kita bawa. Berilah contoh yang baik pada sekitar. Karena mereka itu pasti akan
melihat dari luaran. Kita mengenal islam saat usia sudah puluhan pasti akan
butuh waktu untuk membersihkan jiwa dan hijrah adalah proses diamna kita akan
ditempa hingga jadi muttaqin dengan jiwa yang bersih dan lurus. Jadi saat
mengajak ke orang lain ajakan ut bertumbuh lebih baik bersama-sama.
Rasulullah saja yang sudah maksum tetap ibadah ubudiyahnya dengan
maksimal apalagi kita yang nggak di maksum. Kita harus lebih semangat
memeprbaiki diri biar jiwa bersih dan ngga karatan.
Analogi tentang jiwa
BADAN/RAGA ini ibarat warangka (wadah keris) dan JIWA itu adalah
kerisnya.
Manusia yang lupa akan Rabbnya akan tersibukkan memelihara warangkanya
(tubuh/raga dan materi disekitarnya)
Wadah keris di lap setiap hari biar kinclong. Dimandiin dan di lap
sampe mengkilap. Dikasih pewangi. Sedang KERIS (benda berharga yang ada
didalamnya) di biarin didalem wadahnya, ga dikeluarin, ga dicuci, ga di lap,
sampe akhirnya mengeras, hingga berkaratlah itu KERIS yang berharga. Sampai
suatu ketika saat KERIS akan digunakan nyabutnya itu susaaaaaaaaaaaaaah banget.
KERIS udah nyatu sama warangkanya sampai kita paksa nyabut itu keris susah
banget, dicabut dengan PAKSA, dengan keras hingga akhirnya terlepas keris itu
dari wadahnya.
Jika keris itu adalah JIWA, akan berlaku sama. Suatu saat JIWA akan
Allah cabut dari JASAD ini, Allah akan pisahkan pada waktu yang sudah
ditentukan. Kebayang jika JIWA berkarat sudah sangat parah, maka KEMATIAN akan
menajdi sangat GETIR menakutkan dan menyakitkan. Karena JIWA akan sulit dicabut
dari RAGA. Kenapa??????? Karena JIWA sudah diabaikan, tertutupi oleh cinta
dunia, cinta pada jasad dan materi. Padahal jika JIWA itu selalu bersih dan
terpelihara, ia akan rela ikhlas manakala Allah memanggil pulang. Karena ia
tahu tempatnya bukan disini bukan di dunia. Namun tempat tinggalnya adalah di
syurga bersama pemiliknya. Allah azza wa jalla. Kematian memang akan
menyakitkan, namun jika JIWA itu terjaga kebersihannya, sakitnya akan sebentar.
Dan JIWA itu akan pulang dengan bergembira karena ia akan bertemu pemiliknya.
Makanya kita suka lihat ada yang meninggal tapi mukanya damai, tersenyum, itu
bisa jadi JIWA nya berbahagia karena pisah dengan raga dalam keadaan allah
meridhoinya. Para malaikat menyambutnya dengan salam.
Back to buku Saat Berharga untuk Anak Kita
Berkaitan dengan JIWA
Apa yang salah pada
anak-anak?mereka lahir sebagai muslim, dibesarkan dengan pendidikan islam,
melewati masa kecilnya dengan hapalan ayat-ayat suci Alquran serta doa-doa
shalat, dan mengisi masa belia dengan mengaji di masjid, madrasah maupun
pesantren.
Tetapi ketika menginjak remaja,
tak ada kebanggan dalam dadanya untuk berkata “Isyhadu bi anna muslimun!”
saksikanlah bahwa aku seorang muslim!
Tetapi ketika menginjak dewasa,
apapun dilakukan untuk memperoleh seperiuk nasi, termasuk dengan menjual agama.
Atas nama kemerdekaan berpikir, mereka merendahkan tangan mereka pada lembaga
donor dengan proposal untuk mengubah ruh agama.
Semuanya itu karena niat yang
salahntatkala mendidik mereka atau pendidikan yang keliru saat mereka
doibesarkan atau kedua-duanya.
Kadang ada orang tua yang kurang
bisa mendidik anaknya, tetapi karena niatnya yang jernih dan pengharapan yang
kuat, Allah memberi pertolongan. Anak-anak itu menjadi perhiasan orang tuanya,
di dunia dan akhirat. Anak-anak itu membawa kebaikan yang besar penuh dengan
barakah.
Tetapi anak-anak itu bisa menjadi
musuh orangtuanya. Kehadirannya menjadi sebab lahirnya keburukan, kerusakan dan
kehancuran. Mereka menyebabkan orang orang berpaling dari agamanya. Boleh jadi
mereka sangat luas pengetahuannya tetapi tidak ada iman muraqabah di hati
mereka, kecuali sangat tipis.
Mereka hapal ayat-ayat alquran
sejak kecil, namun pembelajaran iu hanya untuk otaknya tidak JIWA nya. Padahal
pangkal perubahan adalah pada jiwa bukan pada otak yang cerdas. Letaknya pada
jiwa, pada iman. Letaknya pada akidah yang menghidupkan hati. Tetapi alangkah
sering kita hanya mengurusi otaknya.
John W. Santrock Pakar psikologi perkembangan yang terkenal dengan
bukunya yang berjudul Adolescence (2001) ini, menunjukkan bahwa kebingungan
identitas hanyalah mitos. Ada
remaja-remaja yang tidak perlu sibuk mencari jati diri. Mereka telah mengenali
dirinya, tujuan hidupnya dan makna hidupnya, karena sedari kecil telah memiliki
keyakinan, komitmen hidup serta persepsi tentang tanggungjawab yang kuat.
Inilah yang membuat hidup mereka lebih terarah, sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh teman sebayanya.
Sepanjang sejarah, agama ini
telah melahirkan manusia-manusia besar yang di usia amat belia telah
menghasilkan catatan sejarah yang mengesankan. Imam Syafii telah didengar
kata-katanya sebagai fatwa yang otoritatif ketika usianya baru 16 tahun. Usamah
Bin Zaid seorang sahabat nabi telah mendapat kepercayaan sebagai panglima
perang juga ketika usianya baru berkisar 16 tahun.
“jangan paksa anak-anakmu untuk
menjadi seperti kamu, karena dia diciptakan bukan untuk zaman kamu” Nasihat Ali
Bin Abi Thalib.
Bercermin dari Nabi, pendidikan
anak pada masa-masa awal diarahkan untuk membangun keyakinan yang kokoh kepada
Allah Azza wa Jalla. Dengan cara :
1. Memberi
dasar-dasar keyakinan yang mantap
2. Melimpahkan
kasih sayang yang tulus
Tulusnya kasih
sayang orang tua akan menjadi persemaian yang baik untuk tumbuhnya keyakinan
yang kokoh. Terlebih ketika orang tua memberi pegalaman religius dalam suasana
yang menyenangkan. Inilah yang menguatkan rasa beragama (religius feeling)
“seperti
halnya empeng, banyak anak-anak yang kecanduan TV atau game. Mere gelisah jika
dirumah tak ada TV. Sedemikian kuatnya ketergantungan terhadap TV, sehingga
mereka akan selalu mencari sampai kerumah tetangga jika tak ada TV di rumah.
Sehari saja tak melihat TV, rasanya seperti ada yang hilang. Ini tentu saja
harus kita tanggapi sesegera mungkin selagi hati belum tertaut terlalu jauh,
mencegahnya akan lebih mudah. ”
Tampak sepele,
namun jika anak sudah ketergantungan dengan empeng, tak bisa tidur tanpa empeng
maka harus ada langkah serius agar jiwanya tidak terus menerus terbelenggu.
Caranya gimana agar anak lepas dari ketergantungan itu?komunikasi. terus
sounding anak agar bisa tidur meski tanpa empeng.
MENGENALKAN RAMADHAN KEPADA ANAK
Agar anak-anak
berhasrat besar melakukan puasa, mereka harus memiliki perasaan positif
terhadap bulan ramadan.
Kita perlu
menumbuhkan perasaan-bukan sekedar memahamkan- bahwa ramadhan adalah bulan
penuh barakah, bulan yang berlimpah kebaikan didalamnya, bulan yang penuh
kegembiraan karena setiap kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya. Taka da
bulan yang lebih mulia di banding bulan ramadan karena itu harus dinanti dan
disambut dengan suka cita.
Jika anak-anak
sudah memiliki perasaan sangat positif terhadap ramadan, insya allah mereka
akan berebut untuk berpuasa secara penuh. Caranya bagaimana?
-
Sekitar tiga atau dua minggu sebelum ramadan
tiba, istri saya biasanya sudah mulai membicarakan dengan anak-anak tentang
datangnya bulan yang terindah itu. Anak-anak diajak untuk merasakan datangnya
ramadan sebagai anugerah.
-
Berbincang tentang kegiatan dalam menyambut
ramadan
-
Menu hari pertama dibuat istimewa, intinya
bagaimana anak-anak merasakan bahwa ramadhan sangat berbeda dengan hari-hari
lain.
-
Dibicarakan juga akan sampe jam berapa anak
berpuasa
-
Mengajak anak untuk berbagi
-
Habis sahur anak-anak perlu dijaga agar tidak
tidur bada subuh hingga pukul 11.00 ini adalah waktu yang sangat penting. Kalau
diwaktu-waktu tsb melakukan kegiatan yang menyenangkan dan secara fisik aktif,
biasanya waktu berikutnya hingga saat berbuka takkan ada masalah berarti.
Tetapi kalau kita lalai hingga mereka tertidur hingga pukul 09.00 misalnya,
pada umumnya mereka tidak sanggup menahan lapar dan haus terutama menjelang
tengah hari. Apalagi anak usia 5-8 tahun.
-
Bangunkan anak sahur seraya menyenangkan .
bangunkan agak awal agar mereka memiliki kesiapan emosi sebelum makan.
-
Libatkan anak-anak untuk menyiapkan makan sahur,
misal usia 5 tahun ditugaskan mengambil sendok.
-
Pagi main apapun itu yang aktif fisiknya,
sehingga habis dzuhur mereka tidur. Sore aktivitas lunak seperti mengaji atau
membaca buku
Bukan
hilangnya rasa cinta yang membuat bapak kadang marah kepadamu, tetapi karena
terburu oleh perkara kecil. Tapi seperti sebutir debu yang masuk ke mata,
perkara yang kecil itu kadang membuat bapak tidak melihat dengan jernih.
Adayang mengganggu saat memandang, dan baru terasa ketika telah berlalu.
Seperti raut tegang di wajah bapakmu, sebenarnya tidak perlu ada. Bukankah
tanpa itu kita bisa bermain main riang?kita juga bisa bercanda. Sesudah itu
engkau bermain main sendiri atau adikmu. Sedang bapak bisa meneruskan pekerjaan
dengan hati tenang.
Rusaknya benda
berharga karena engkau jadikan alat untuk belajar, tak ada nilainya apa-apa
dibandingkan ilmu yang engkau dapat dan pengalaman yang menghidupkan jiwamu.
Atas jiwamu yang
hidup dan merdeka, sucikanlah! Sesungguhnya setiap saat ada bisikan yang
mengajak kepada fujur dan taqwa. Dan berbahagialah engkau jika setiap saat
engkau sucikan jiwamu. Sebab allah
sendiri telah berfirman “ Maka diilhamkan kepada jiwa fujur dan taqwa. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya “(QS.
Asy-Syam (91) :8-10)
Belajarlah
mencintai Tuhanmu dengan cara yang dikehendaki olehNya. Betapa banyak orang
yang melakukan perjalanan menuju Allah, tetapi mereka melalui jalan yang tak
disukaiNya. Mereka mencipta sendiri jalan yang akan dilewati. Mereka mengira
sedang memuja Allah, padahal sesungguhnya sedang mencari keasyikan diri untuk
menemukan saat saat “memabukkan”.
Sesungguhnya
ketenangan dan kedamaian jiwa yang sebenar-benarnya ada bersama dengan
kebenaran.
“Wahai jiwa yang tenang, kembalillah kepada
Tuhanmu dengan ridha dan diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan
hamba-hambaku, dan masuklah ke dalam surgaKu
.ketenangan
itu muncul akibat dari kokohnya keyakinanmu kepada Tuhanmu.
Gunakan rezeki
yang dikaruniakan Allah kepadamu untuk meraih akhirat dan menjaga iman. Jangan
mengorbankan akhirat untuk dunia yang Cuma segenggam. Dan apabila engkau mampu,
kejarlah akhirat sekaligus membuka pintu-pintu dunia. Gunakanlah dunia untuk
“membeli”akhirat.
Orang tua sumbu pendek
Berbicara
tenatng memarahi dengan jernih, saya teringat tentang perintah jihad. Meski
jihad mengharuskan kita menghadapi musuh dan memeranginya, tetapi terhunusnya
pedang bukanlah karena marah atau dendam yang bergejolak. Dalam bahasa lain,
kita marah karena sebab syar’i, bukan karena kepentingan kita terganggu. Ini
sebabnya Ali bin Abi Thalib menyarungkan kembali pedangnya ketika musuh
meludahinya. Padahal saat itu pedang ali sudah nayris memenggal leher musuh. Ia
sarungkan kembali pedangnya karena tak ingin kesucian jihadnya ternodai oleh
amarah dan dendam.
Marah yang buruk
-
Orangtua
cepat tersulut emosinya hanya karena ada hal yang kurang menyenangkan dari anak
-
Cepat
melampiaskan kemarahan hanya karena kejadian kecil tanpa berusaha mengendapkan
terlebih dahulu untuk mencari jalan yang paling jerrnih.
-
Tidak
menunggu waktu lama untuk mencubit anak dengan keras
-
Membelalakkan
mata secara menakutkan
-
Segera
menghujaninya dengan makian dan cacian
-
Menyerang
dengan kata-kata ancaman
-
Cap yang
buruk (ade nakal)
-
Pertanyaan
yang memojokkan
-
reaktif
Inilah orang tua sumbu pendek.
“Awas kalau melakukan lagi nanti
di jewer!” contoh ancaman
Memarahi anak dengan buruk
seperti hal-hal diatas tidak membuat anak menjadi baik. Anak justru belajar
bagaimana cara membuat orang tua marah. Terkadang membuat orang tua marah
menjadi tujuan anak disaat ia merasa kesal. Inilah yang disebut dengan
negativisme. Selain itu, sikap yang reaktif bahkan impulsif akan menjadikan anak
belajar menganggap kekerasan sebagai hal yang biasa. Tidak menakutkan. Mereka
tidak lagi merasa takut mendapat hukuman orangtua, asal keinginannya terpenuhi.
Jangan kaget kalau ibunya marah-marah, tetapi anaknya yang kelas 4 SD berkata
“Tuh, ibu lagi kumat”.
Sekalipun memarahi dengan cara
ini bisa menghentikan prilaku buruk anak, tetapi ia berhenti bukan karena
sadar. Anak berhenti melakukan semata mata karena takut kepada orangtua.
Sewaktu-waktu ketakutan itu akan memudar.
Ketika kita harus menghukum anak
Nabi SAW melarang orang tua
memarahi anak yang memecahkan piring karena segala sesuatu ada ajalnya,
termasuk piring. Nabi juga pernah menegur sahabat yang melarang anak kecil
bermain pasir. Ketika Ummu Al Fadhl merenggut anaknya secara kasar karena pipis
di dada nabi, dengan tegas beliau menegur, “Pakaian yang kotor ini bisa
dibersihkan dengan air. Tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan jiwa anak
ini akibat renggutanmu yang kasar?”
Sejauh kesalahan itu tidak
berkaitaan dengan hak orang lain atau berhubungan dengan halal haram, nabi
menunjukkan sikap yang lunak. Tetapi nabi segera mengambil sikap yang tegas
ketika itu menyangkut hak orang lain.
Di balik penghormatan nabi saw kepada
hak anak, ada kebaikan yang sangat besar. Ketika hak mereka dijaga, mereka akan
belajar menemukan rasa aman. Mereka juga belajar menghormati hak orang lain. Inilah
jalan yang memudahmberi hikkan mereka untuk
mengalah secara sadar dengan memberikan hak nya kepada orang lain.
Kita perlu memilah bersikap
kepada anak. Jika kita terbiasa bertindak impulsif dalam menyikapi perilaku
anak terutama prilaku yang kita anggap kenakalan ini akan sulit. Padahal sikap
selektif yang konsisten dalam menghukum anak, merupakan kunci agar tindakan
kita benar-benar efektif. Memberi hukuman kepada anak dalam bentuk yang sama
pada tingkst yang sama justru dapat membuat hukuman menjadi tidak efektif.
Apalagi kalau kita menghukum anak
tanpa ada toloak ukur yang jelas. Berat ringannya hukuman semata mata
berdasarkan suasana hati kita. Alhasil persoalannya terletak pada bagaimana
kita memberi hukuman. Menghukum dengan cara yang tidak tepat bisa membuat anak
merasa dilecehkan. Anak merasa orang tua sewenang-wenang, kejam seenaknya
sendiri dan sejumlah perasaan negatif lainnya.
Akibat hukuman yang tidak tepat
anak bisa menjadi minder, penakut bahkan pengecut. Tetapi mendidik anak tanpa
aturan yang harus dihormati, membuat anak tidak mampu mengendalikan diri,
mereka bisa menjadi pribadi yang asosial, pribadi yang tidak mampu
bermasyarakat.
Lalu bagaimana cara menghukum pada anak?
1. Menghukum
anak bukan sebagai luapan emosi , apalagi sebagai pelampiasan rasa jengkel
karena prilaku mereka yang memusingkan kepala.
Segala sesuatu
berawal dari niat. Tampaknya sepele tapi yang sepele ini mempengaruhi sikap
kita dan cara kita bersikap akan mempengaruhi penerimaan anak.
2. Menghukum
merupakan tindakan mendidik agar anak memiliki sikap yang baik. Artinya hal
terpenting dalam menghukum anak adalah anak mengerti apa yang seharusnya dilakukan
dan memahami apa yang menyebabkan dia di hukum. Jika anak menyadari
kesalahannya dan memperbaiki sikapnya, orangtua perlu memberi umpan balik yang
positif. Tidak layak orang tua terus memberi tekanan mental kepada anak padahal
mereka telah menunjukkan penyesalan. Yang perlu kita lakukan adalah berikan
dukungan dan penerimaan yang tulus.
3. Tindakan
memberikan hukuman kepada anak adalah dalam rangka mengajari anak bahwa setiap
perbuatan mempunyai konsekwensi. Orangtua menghukum anak bukan karena marah
atau mempermalukan anak. Sering saya melihat orang tua marah didepan saudara
atau tetangga, inilah yang menghancurkan citra diri anak.
4. Hukumlah
anak, tetapi jangan sakiti dia. Jangan menyakiti hati anak. Kita memojokkan
anak dengan pertanyaan yang membuatnya mati kutu. Atau kita menghujani anak
dengan ancaman ancaman yang menakutkan meskipun anak sudah menunjukkan itikad
baik.
5. Tetaplah
berpikir jernih saat menghukum anak. Keputusan keputusan baik hanya bisa kita
ambil ketika pikiran kita jernih.
6. Kasih
sayang mendahului kemarahan. Jangan berat hati untuk mengusap kepala mereka dan
mengelus rambut mereka atau mengecup keningnya ketika mereka menunjukkan
keinginan untuk memperbaiki diri. Tunjukkanlah kasih sayang setelah menghukum,
meski hati kita masih bergemuruh karena rasa jengkel yang belum pergi.
Wah, lengkao banget ulasannya Mba. Membaca ini jadi mengingatkan saya, supaya gak mudah marah ke anak, apalagi anak-anak ini lagi aktif-aktifnya. Musti pandai jaga emosi, biar gak gampang betanduk. Huhuhu. Thanks sharingnya Mba. Karya Moh. Fauzil Adhim, saya suka semua krn selalu mengena di hati.
BalasHapusTerima kasih atas apresiasinyaa. Buku buku m fauzil adhim selalu menjadi favorit
HapusNice post....salam kenal
BalasHapusSalam kenal juga mba selvi
HapusBaca ini langsung ketampar-tampar Ya Alloh T___T
BalasHapusJleb ya teh
Hapusmakasih mba reviewnya..bisa jadi acuan utk nnti diijinkan dianugrahi buah hati...lope lope deh pokoknya..
BalasHapus